Find Us On Social Media :

Hanya Dokter Pribadi Yang Tahu Kondisi Kesehatan Bung Karno Sebelum Baca Teks Proklamasi 17 Agustus 1945

By Moh. Habib Asyhad, Sabtu, 15 Juni 2024 | 18:19 WIB

Kondisi kesehatan Bung Karno sebelum membaca teks Proklamasi 17 Agustus 1945. Dibongkar oleh dokter pribadi.

Spesialis THT jadi pengawal

Pagi itu sebenarnya bukan hanya ada satu dokter yang ada di rumah Soekarno. Sejarah mencatat, setidaknya ada satu dokter lagi yakni dr. Moewardi. Bahkan, dua dokter ini juga sempat saling menyapa. Hanya saja, urusan kesehatan Soekarno jadi tanggung jawab Soeharto.

Pada hari-hari jelang Proklamasi, Moewardi, dokter spesialis THT lulusan Geneeskundig Hooge School (GHS) tahun 1939 ini memang lebih menonjol sebagai tokoh Barisan Pelopor. Barisan yang tugasnya menjaga keamanan para pemimpin perjuangan ketika itu. Karena Soekarno adalah salah satunya, maka pagi itu Moewardi bersiaga di sana.

Meski aktivitas Moewardi banyak dihabiskan di organisasi keamanan, tugas profesinya sebagai dokter tetaplah dijalani. Terutama dalam mengobati para pejuang yang terluka di medan tempur. Belakangan, ia juga mendirikan sekolah kedokteran di Jebres, Surakarta. Sekaligus berpraktik dokter di rumah sakit setempat.

Semasa Revolusi Fisik, nama Moewardi dikenal antara lain dengan mendirikan Gerakan Rakyat Revolusioner (GRR) pada 1948 di Surakarta. GRR sesungguhnya adalah pengimbang bagi Front Demokrasi Rakyat (FDR), sebuah aliansi dari sejumlah organisasi berhaluan komunis.

Bahkan, FDR pula yang akhirnya menggerakkan Peristiwa Madiun 1948.

Sayangnya konfrontasi dengan kelompok merah inilah yang kemudian membuat Moewardi harus kehilangan nyawanya. Pada 13 Agustus 1948 ia diculik dan jasadnya tak tentu kuburnya hingga kini.

Baca Juga: Kok Bisa Amerika 'Tunduk' Kepada Bung Karno? Minta Apa Saja Dikabulkan

Cuma “masuk angin”

Keberadaan dokter-dokter dalam kehidupan Soekarno, menariknya bukan hanya terkait dengan masalah medis, melainkan juga politik pemerintahan. Dua dokter yang bisa dikatakan paling mewarnai perjalanan politik masa pemerintahan Orde Lama, tak lain dr. Soebandrio dan dr. Johannes Leimena.

Berbagai posisi penting dalam pemerintahan, disandang dua dokter yang masing-masing memiliki latar belakang pendidikan kedokteran pada era berbeda ini (Soebandrio lulusan GHS sedangkan Leimena dari STOVIA).

Namun di antara sekian jabatan pemerintahan, keduanya pernah sama-sama dalam satu jabatan yakni Wakil Perdana Menteri, dari 1962 sampai 1966. Perdana menterinya, ya Soekarno sendiri. Menariknya, dua dokter ini pula yang pernah memastikan kondisi kesehatan sang Pemimpin Besar Revolusi itu ketika dikabarkan sakit keras pada Agustus 1965.