Find Us On Social Media :

Hanya Dokter Pribadi Yang Tahu Kondisi Kesehatan Bung Karno Sebelum Baca Teks Proklamasi 17 Agustus 1945

By Moh. Habib Asyhad, Sabtu, 15 Juni 2024 | 18:19 WIB

Kondisi kesehatan Bung Karno sebelum membaca teks Proklamasi 17 Agustus 1945. Dibongkar oleh dokter pribadi.

Seperti akhirnya sejarah mencatat, rumor sakitnya Soekarno inilah yang memantik terjadinya Peristiwa G30S. Apakah benar Soekarno sakit keras? Semua berawal dari Soekarno yang tiba-tiba terjatuh di Istana, pada 3 Agustus 1965. Dokter dari RS Carolus yang didatangkan, mendiagnosis bahwa pembuluh darah koroner Soekarno kurang baik, tetapi bukan serangan jantung.

Dalam buku Kesaksianku tentang G30S (2001), Soebandrio menyatakan dia sendiri yang telah memeriksa kesehatan Soekarno sebelum kedatangan tim dokter RRC. Di situlah ia berani berkesimpulan, Soekarno sebenarnya cuma “masuk angin”.

Bahkan, ia berani menyatakan, tim dokter RRC yang dibawa Ketua CC PKI, DN Aidit, sebenarnya hanyalah dokter dari Kebayoran Baru. Sayangnya, bintang Soebandrio meredup seiring kejatuhan pemerintahan Orde Lama. Menteri luar negeri selama 9 tahun ini kemudian malah diadili dengan tuduhan terlibat G30S. Vonisnya hukuman mati.

Meski beberapa tahun kemudian, vonis diperingan, hingga akhirnya dibebaskan pada 1995 karena alasan kesehatan.

Berbeda kisah dengan dr. Leimena yang perjalanan politiknya terus berlanjut. Setelah menjabat menteri selama 21 tahun tanpa putus pada 19 kabinet yang berbeda, Leimena mengundurkan diri sebagai menteri pada masa Orde Baru. Presiden Soeharto kemudian masih memintanya sebagai anggota Dewan Pertimbangan Agung, sampai 1973.

Setelah itu ia lebih aktif di organisasi politik dan keagamaan.

Peralatan peninggalan Belanda

Semasa menjabat presiden, Soekarno tentu punya Tim Dokter Kepresidenan. Pada paruh kedua dekade 60-an atau tahun-tahun terakhir kekuasaannya, tercatat tim itu diketuai Prof. Siwabessy dengan anggota tim dr. Soeharto, dr. Tan Sin Hin, dan Kapten CPM dr. Soeroyo.

Tim dokter jelas memantau ketat kondisi Soekarno yang kala itu penyakit ginjal dan jantungnya sudah kronis. Namun selain penyakit yang akhirnya berkomplikasi itu, ada pula beberapa keluhan lain seperti pada mata dan gigi. Kondisi itulah yang mempertemukan Soekarno dengan dr. Oei Hong Kian, salah satu dokter gigi ternama di Jakarta kala itu.

Sebelum Oei, sebenarnya ada dokter gigi khusus yang menangani Soekarno, tapi kemudian mendadak pindah ke luar negeri. Tanpa pamitan pula. Oleh salah satu dokter kepresidenan, dr. Tan, Oei kemudian diajak ke Istana untuk memeriksa Soekarno.

Akan tetapi Oei rupanya tidak bisa berbuat banyak. Sebab peralatan dokter gigi di istana ternyata sudah sangat tua. Maklum, peninggalan zaman pemerintahan militer Belanda. Bor gigi misalnya, masih belum bisa mengeluarkan air. Oei tak sanggup memakainya.

Sementara di rumah Oei, peralatan sudah sangat memadai. Alat-alat yang tergolong canggih pada masa itu, karena dia mendatangkannya langsung dari Jepang.