Find Us On Social Media :

Menyambut Sejarah Jakarta: Ternyata Begini Menonton Bioskop Di Jakarta Tempo Doeloe

By Moh. Habib Asyhad, Minggu, 9 Juni 2024 | 09:17 WIB

Tanu Trh dalam buku Batavia; Kisah Jakarta Tempo Doeloe bercerita tentang bagaimana asyiknya menonton bioskop di Jakarta tempo doeloe.

Bioskop ngarak

Tiap malam bioskop-bioskop itu menarik banyak penonton karena jarang atau tidak ada tontonan maupun keramaian lain. Lebih-lebih setiap kali diputar film baru. Penggantian film biasanya terjadi 3-4 malam sekali dan diumumkan kepada khalayak ramai dengan 'ngarak': sebuah delman atau sado disewa, dipajangi poster-poster film yang akan diputar malam itu serta nama bioskop bersangkutan.

Delman atau sado ini berkeliling ke bagian-bagian kota yang dipadati penggemar-penggemar film. Kedatangannya sudah bisa diketahui dari jauh karena bunyi genderang dan tambur dalam kendaraan yang ditabuh bertalu-talu.

Terkadang pak kusir pun menambah kebisingan tersebut dengan membunyikan bel kendaraannya terus-menerus. Apakah bunyi bel itu serasi dengan genderang dan tambur tidak jadi soal bagi pak kusir. Pokoknya asal bising dan dapat menarik perhatian.

Baca Juga: Sejarah Jakarta: Dari Sunda Kelapa Ke Batavia Lewat Jayakarta

Lembaran-lembaran acara yang mengiklankan film yang akan diputar disebar di kiri-kanan dan belakang kendaraan itu. Anak-anak kecil paling getol berebutan kertas acara itu. Mereka berlarian menyongsong delman atau sado itu dan berusaha meraih kertas-keras yang beterbangan atau jatuh dekat roda.

Seringkali pak kusir tersentak kaget, sehingga ia menarik kendali kuda dengan mendadak, sambil mendelik dan berteriak, "Heh! Mau mati lu?'

Soal 'bioskop ngarak' (istilah orang Betawi) ini begitu mendarah daging di kalangan penggemar film sehingga selalu menjadi pokok pembicaraan bila mereka saling bertemu di jalan atau warung kopi.

"Ini malam di bioskop Anu main apa ya? Apa belum kedengaran ngarak tadi?"

"Kwaci!"... "Palamanis!"... "Kacang Arab!"

Malamnya, sejak sebelum jam 19.00 keadaan sekitar gedung bioskop selalu ramai. Kios-kios dengan penerangan listrik ala kadarnya dan para penjaja makanan serta minuman keliling dengan penerangan lampu tempel atau pelita, membuat pemandangan di sana lebih semarak.