Find Us On Social Media :

Menyambut Sejarah Jakarta: Ternyata Begini Menonton Bioskop Di Jakarta Tempo Doeloe

By Moh. Habib Asyhad, Minggu, 9 Juni 2024 | 09:17 WIB

Tanu Trh dalam buku Batavia; Kisah Jakarta Tempo Doeloe bercerita tentang bagaimana asyiknya menonton bioskop di Jakarta tempo doeloe.

Tanu Trh dalam buku Batavia: Kisah Jakarta Tempo Doeloe yang diterbitkan Intisari bercerita tentang bagaimana asyiknya menonton bioskop di Jakarta tempo doeloe.

-------

Saat ini Intisari sudah hadir di WhatsApp Channel, follow di sini dan dapatkan artikel-artikel terbaru kami

-------

Intisari-Online.com - Jakarta adalah pusat pemerintahan, pusat ekonomi-bisnis, juga pusat hiburan. Itu sudah terjadi sejak zaman VOC dan pemerintahan kolonial Hindia Belanda dulu.

Terkait hiburan di, bagaimana ya kondisi dunia film di Batavia pada zaman dulu?

Untuk menjawab pertanyaan itu, yuk simak tulisan Tanu Trh dalam buku Batavia: Kisah Jakarta Tempo Doeloe yang diterbitkan oleh Intisari.

----

Di tahun dua puluhan, di zaman prafilm bersuara (soundfilm), jumlah bioskop di Jakarta, yang pada waktu itu bernama Batavia (Betawi di mulut rakyat), tidak sebanyak sekarang. Seingat saya, di bagian utara kota, yang dinamakan daerah 'Kota', tetapi oleh masyarakat Belanda disebut benedenstad, hanya ada dua bioskop: Gloria Bioscoop di Pancoran dan Cinema Orion di Glodok.

Di bagian selatan kota, yang dinamakan bovenstad atau Weltevreden ada Cinema Palace di Krekot, Globe Bioscoop di Pasar Baru, Deca Park di Gambir (sekarang Lapangan Monas) dan Dierentuin di Cikini (di kompleks TIM yang sekarang).

Penonton bioskop-bioskop di bovenstad pada umumnya berasal dari lapisan masyarakat atas. Yaitu para tuan toko (para pemimpin perusahaan-perusahaan besar Belanda dan pegawai-pegawai stafnya) serta orang-orang dari golongan berduit.

Penonton di bioskop-bioskop di daerah kota umumnya dari golongan menengah ke bawah. Harga-harga karcis bioskop di bagian selatan kota pun lebih tinggi.