Find Us On Social Media :

Jadi Gemblak Demi Sapi Atau Sekolah, Kudu Ganteng Dan Mulus Tanpa Panu

By Moh. Habib Asyhad, Senin, 3 Juni 2024 | 15:59 WIB

Tak sembarangan remaja masuk kriteria para warok sebagai gemblak pilihannya. Ada syarat tertentu.

"Ndak pakai, waktu itu belum ada lipstik," tukas Misdi.

Bisa perpanjang kontrak

Setelah diboyong, gemblak lalu diserahkan kepada warok. Di sini mulailah tahap selanjutnya. Warok mengajarkan apa saja yang harus dilakukannya.

Setelah paham, mulai-lah sang gemblak menjalankan tugas-tugasnya sesuai arahan warok selama masa kontrak yang telah disepakati. Biasanya gemblak akan melayani warok selama dua atau tiga tahun.

Setelah masa itu terpenuhi, dia dikembalikan kepada orangtuanya bersama seekor anak sapi yang dijanjikan dulu. Setelah ia di rumahnya kembali, orangtua si gemblak akan menunggu sampai ada warok yang akan meminang anaknya.

Namun umumnya warok akan memperpanjang kontrak selama dua atau tiga tahun lagi. "Soalnya, kalau mengambil gemblak baru lagi kan repot. Harus mengajari lagi. Yang lama jelas sudah berpengalaman," kata Misdi.

Tentu saja untuk memperpanjang kontrak, sang warok harus menjanjikan lagi seekor anak sapi atau terus menyekolahkannya. Ketika usia gemblak menginjak dewasa, antara 18 hingga 20 tahun, biasanya para warok sudah tak mau lagi memakainya.

"Dia kan juga sudah mulai kepengin mendekati wanita. Kalau kita gemblaki terus jangan-jangan malah nanti main serong dengan istri bapaknya," alasan Legong.

Jika sudah demikian, sang gemblak pun kembali menjalani kehidupan normal. Mereka mulai menyukai wanita, sampai akhirnya mereka pun menikah, dengan wanita tentunya.

Karena ada yang memperoleh imbalan berupa pendidikan, tak sedikit gemblak yang akhirnya menjadi orang yang berhasil. Mereka menjadi guru, pegawai negeri, bahkan "Ada bekas anak-anakan saya yang sekarang menjadi anggota ABRI," kata Kasni.

Meski begitu, para warok umumnya merahasiakan nama para bekas gemblaknya. Seperti Jolego, yang dua di antara gemblaknya telah lulus perguruan tinggi dan menjadi guru di kota lain.

"Kasihan, nanti mereka malu," ujar Kasni.

Artikel ini disarikan dari artikel yang tayang di Tabloid Nova pada Januari 1990.

Dapatkan artikel terupdate dari Intisari-Online.com di Google News