Find Us On Social Media :

Kondisi Ekonomi Pada Masa BJ Habibie, Sisa Kekacauan Orde Baru

By Ade S, Selasa, 23 April 2024 | 09:03 WIB

BJ Habibie, Kamis (21/5/1998) mengucapkan sumpah sebagai Presiden RI yang baru di Jakarta. Artikel ini membahas kondisi ekonomi pada masa BJ Habibie yang kacau balau akibat krisis moneter Orde Baru.

Intisari-Online.com - BJ Habibie naik tahta sebagai presiden ketiga Indonesia di tengah kondisi ekonomi yang bagaikan api dalam sekam.

Krisis moneter yang melanda Asia Tenggara menghantam Indonesia dengan keras, melumpuhkan sektor keuangan dan menjerumuskan rakyat ke jurang kemiskinan.

Artikel ini akan menyelami kondisi ekonomi pada masa BJ Habibie, menelusuri langkah-langkah berani yang diambilnya untuk meredakan krisis dan membangun kembali fondasi ekonomi nasional.

Di tengah gejolak politik dan sosial pasca runtuhnya rezim Orde Baru, BJ Habibie mewarisi krisis multidimensi yang kompleks.

Nilai tukar rupiah anjlok, inflasi meroket, dan kepercayaan terhadap perbankan runtuh.

Krisis ini bukan hanya masalah ekonomi, tetapi juga krisis politik dan sosial yang membutuhkan penanganan yang hati-hati dan terencana.

BJ Habibie, dengan kepemimpinannya yang berani dan visioner, mengambil langkah-langkah krusial untuk menyelamatkan Indonesia dari jurang krisis.

Artikel ini akan mengupas strategi pemulihan ekonomi yang digagasnya, termasuk restrukturisasi sektor keuangan, penguatan sektor riil, dan penyediaan jaring pengaman sosial.

Mari kita selami bersama artikel ini untuk memahami bagaimana BJ Habibie, dengan kegigihan dan kecerdasannya, membawa Indonesia keluar dari masa-masa kelam krisis ekonomi dan meletakkan fondasi bagi pemulihan dan kemajuan di masa depan.

Langkah Pemulihan Ekonomi

BJ Habibie mengambil langkah berani dengan membentuk Kabinet Reformasi Pembangunan dan segera merumuskan strategi untuk mengatasi krisis.

Baca Juga: Hikmah dari Kisah 'Kegigihan B.J. Habibie dalam Menuntut Ilmu'

Dia fokus pada tiga pilar utama: restrukturisasi sektor keuangan, memperkuat sektor riil, dan menyediakan jaring pengaman sosial.

Salah satu langkah penting yang diambil adalah menjalin kerjasama dengan Dana Moneter Internasional (IMF) untuk mendapatkan bantuan keuangan.

Namun, BJ Habibie tidak mau didikte oleh IMF dan berusaha memodifikasi program yang ditawarkan agar sesuai dengan kondisi Indonesia.

Upaya restrukturisasi perbankan dilakukan melalui pembentukan Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) dan Unit Pengelola Aset Negara (UPAN).

Bank-bank yang bermasalah dilikuidasi atau dimandatkan, dan sistem perbankan secara keseluruhan diperkuat.

Di sektor riil, BJ Habibie fokus pada pemulihan daya beli masyarakat dan mendorong pertumbuhan ekonomi.

Dia menurunkan tarif pajak, memberikan insentif investasi, dan meningkatkan infrastruktur.

Tantangan dan Pencapaian

Upaya BJ Habibie dalam mengatasi krisis tidak luput dari kritik.

Ada yang menilai bahwa dia terlalu bergantung pada IMF dan programnya yang neoliberal.

Kebijakannya juga dianggap belum cukup menyentuh rakyat miskin dan kelompok rentan lainnya.

Baca Juga: Menyakitkan, Ternyata Inilah Sosok Pembisik Habibie yang Picu Pemecatan Prabowo dari Pangkostrad

Namun, BJ Habibie berhasil meletakkan fondasi bagi pemulihan ekonomi Indonesia.

Di bawah kepemimpinannya, laju inflasi berhasil diturunkan, nilai tukar rupiah mulai stabil, dan pertumbuhan ekonomi menunjukkan tanda-tanda perbaikan.

Meskipun BJ Habibie hanya memimpin Indonesia selama 17 bulan, warisan kepemimpinannya dalam menyelamatkan negara dari krisis ekonomi tak ternilai harganya.

Upaya-upayanya yang berani dan visioner, meskipun tak luput dari kritik, telah meletakkan fondasi bagi pemulihan dan kemajuan ekonomi Indonesia di masa depan.

Memahami kondisi ekonomi pada masa BJ Habibie adalah langkah penting untuk memahami perjalanan bangsa ini dan menghargai peran para pemimpinnya dalam membawa Indonesia keluar dari masa-masa sulit.

Baca Juga: Hari Ini Seperempat Abad Silam, Habibie Nekat Pecat Prabowo, Picu Peristiwa Mencekam Ini di Istana