Setelah membacakan surat pernyataan mundur sebagai presiden, Soeharto tak pernah bertemu lagi dengan BJ Habibie. Ada apa sebenarnya?
Intisari-Online.com - Peristiwa reformasi 21 Mei 1998 tentu sangat membekas di benak banyak orang.
Tak terkecuali Soeharto.
Bagaimana tidak, tepat di hari itu, dia menyatakan berhenti sebagai Presiden Indonesia.
Di hari itu juga dia mengakhiri 32 tahun dirinya berkuasa.
Ketika itu, Soeharto menyerahkan kekuasaan kepada wakil presiden BJ Habibie.
Terkait peristiwa bersejarah itu, mantan ajudan Habibie punya cerita menarik.
Dia bilang, sejak membacakan surat pernyataan mundur pada 21 Mei 1998, Soeharto tak mau bertemu Habibie.
Dia langsung balik badan dan keluar dari ruangan.
TB Hasanuddin dan BJ Habibie mengejar Soeharto, namun tak keburu karena Soeharto sudah naik kendaraannya.
“Mulai saat itu, Pak Habibie tak ketemu lagi dengan Pak Harto sampai akhir hayat,” jelas TB Hasanuddin.
TB Hasanuddin mengatakan dirinya tak tahu secara detail alasan apa yang membuat keduanya renggang.
Menurut Hasanuddin hal tersebut hanya Habibie dan Soeharto yang tahu.
“Politik tingkat atas,” ujar TB Hasanuddin.
BJ Habibie juga sempat tidak dilibatkan rapat khusus di Cendana kala itu.
Sehari sebelum pembacaan pernyataan mundur itu, Pak Hartohanya menugaskan Menteri Sekretaris Negara Saadilah Mursyid untuk menyampaikan keputusan, esok harinya, pukul 10.00, ia akan mundur sebagai presiden.
Sesuai UUD 1945, Soeharto berniat menyerahkan kekuasaan dan tanggung jawab kepada Habibie sebagai Wakil Presiden RI, di Istana Merdeka.
"Saya sangat terkejut dan meminta agar segera dapat berbicara dengan Pak Harto. Permintaan tersebut tidak dapat dikabulkan. Ajudan Presiden Soeharto menyatakan akan diusahakan pertemuan empat mata dengan Pak Harto di Cendana besok pagi sebelum ke Istana Merdeka," ujar Habibie.
Keesokan harinya, Habibie bersiap meluncur ke Jl Cendana, berharap mendapatkan penjelasan dan jawaban mengenai mengapa semua ini terjadi.
"Saya mendapat berita Pak Harto ternyata belum bersedia menerima saya. Saya dipersilakan langsung saja berangkat ke Istana Merdeka. Protokol dan ADC (ajudan) Presiden berharap pertemuan empat mata dapat dilaksanakan di Istana Merdeka," kenang BJ Habibie.
Namun setibanya di Istana Merdeka, BJ Habibie hanya diacuhkan oleh Soeharto.
"Saya tercengang melihat Pak Harto, melewati saya terus melangkah ke ruang upacara dan 'melecehkan' keberadaan saya di depan semua yang hadir," tulis Habibie.
Dalam sebuah wawancara di layar kaca, yang videonya viral, terungkap alasan sebenarnya, Presiden Soeharto menolak pertemuannya dengan BJ Habibie.
"Saya penghabisan bicara dengan Pak Harto dilakukan pada bulan Juni, saat ulang tahunnya. Saya menjadi presiden tanggal 20 Mei 1998, Pak Harto ulang tahun tanggal 9 Juni," katanya.
"Saya minta Menhankam Pangab, Pak Wiranto untuk menghubungkan saya dengan Pak Harto, tanggal 9 Juni.
Saya melalui telepon, saya sampaikan, Pak Harto, saya butuh masukan, Pak Harto lengser, saya mau tahu, data-data yang detail.
Kalau Anda gubernur digantikan orang lain, ada timbang terima, walau upacara tidak dibacakan, tapi ada bahan-bahannya," katanya.
Justru, kata BJ Habibie, Soeharto tegas menjawabnya agar tidak ada hubungan atau pertemuan antara BJ Habibie dan Soeharto.
BJ Habibie bertanya, mengapa demikian?
"Merugikan kita," kata Soeharto tegas.
"Bukan merugikan Pak Harto dan Habibie, kita ini kita bangsa Indonesia karena saya kenal Pak Harto," katanya.
Terkait dengan apa ruginya jika dua pemimpin itu bertemu dan menghapus banyak spekulasi yang berkembang.
"Ruginya karena diadu domba," ujar Habibie.
BJ Habibie kemudian mengungkapkan pesan terakhir Soeharto kepada dirinya.
"Begini, kamu selesaikan masalah-masalah yang kamu hadapi."
"Saya jadi emosional, saya mengatakan, Pak Harto, yang benar saja dong, saya juga manusia, punya perasaan, mengapa saya tidak bisa bertemu dengan Pak Harto," katanya.
Namun, BJ Habibie sudah tahu, keluhannya itu tidak akan mengubah sosok Soeharto yang dikenal tegas dan pantang mundur.
"Kemudian, dia bilang, Habibie, saya tahu, kamu anak yang soleh."
"Kamu, solat 5 kali sehari, saya juga."
"Tapi, kamu harus tahu 1, tiap kali, saya solat, Habibie," kata Soeharto.
"Saya doa untuk kamu, supaya kamu selamat dan sukses."
BJ Habibie kehabisan kata-kata saat mendapatkan pernyataan tersebut.
"Laksanakan tugasmu," kata Soeharto pada BJ Habibie terakhir kali mereka berhubungan dan tidak pernah bertemu lagi, sejak itu.
BJ Habibie pun tidak sanggup menerima kenyataan itu dan menangis karena pengorbanan Soeharto yang demikian besar.
Sementara itu, adik Soeharto, Probosutedjo dalam memoarnya, Saya dan Mas Harto menyebut bahwa alasan sang kakak enggan bertemu BJ Habibie adalah karena kecewa.
Pasalnya, awalnya BJ Habibie mengaku pada Soeharto tak siap menjadi Presiden, tapi pada 20 Mei, saat bersama sejumlah Menteri, Habibie justru mengaku siap menggantikan Soeharto.
Hingga keduanya tutup usia, tak ada lagi pertemuan diantara Soeharto dan BJ Habibie.