Find Us On Social Media :

Orang Asal Tahu Mengucapkannya, Ternyata Mudik Kepanjangan Dari 2 Kata Ini

By Moh. Habib Asyhad, Sabtu, 6 April 2024 | 13:17 WIB

Orang-orang hanya tahu melakukannya, banyak yang pertanya mudik kepanjangan dari frasa mulih dulik, atau pulang sebentar.

Intisari-Online.com - Orang-orang tahunya mudik adalah pulang kampung saat Lebaran atau Hari Raya.

Tak hanya di Indonesia, tradisi mudik juga ada di China, Malaysia, juga Indonesia.

Untuk konteks Indonesia, ternyata mudik kepanjangan dari dua kata ini.

Mengutip Kompas.con, mengacu pada Surat Edaran Nomor 13 Tahun 2021, mudik adalah kegiatan perjalanan pulang ke kampung halaman selama bulan Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri.

Sementara itu arti mudik sebagaimana dikutip dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), mudik artinya pulang ke kampung halaman.

Banyak anggapan kalau mudik berasal dari ungkapan dalam Bahasa Jawa.

Mereka percaya bahwa mudik adalah singkatan dari "mulih dilik" yang memiliki arti pulang sebentar.

Meskipun demikian, masih tidak jelas bagaimana istilah mulih dilik mudik kemudian dipakai secara luas sebagai aktivitas pulang ke kampung halaman saat mendekati Hari Raya Idul Fitri.

Dikutip dari Harian Kompas, 1 April 1992, mudik yang terjadi saat Ramadhan atau jelang Lebaran tak terlepas dari hakikat Idul Fitri.

Secara harafiah, Idul Fitri dimaknai sebagai kembali kepada fitrah atau kesucian.

Mudik, pulang kampung, kemudian dianggap sebagai upaya untuk kembali ke asal-usulnya.

Mereka ingin berjumpa dengan orangtua, handai taulan, dan melihat tempat di mana mereka tumbuh.

"Dengan pulang ke kampung, manusia akan teringat 'kampung yang kekal' atau akan ingat masa lalu 'siapa yang menciptakan' dan 'akan ke mana setelah itu'" tulis Pracoyo.

Secara simbolis, arti mudik dinilai mampu mengingatkan manusia untuk kembali ke asalnya, kembali ke fitrah.

Sementara itu, Sejarawan JJ Rizal, pernah menyatakan kalau arti mudik adalah berasal dari kata menuju ke udik.

Namun sejauh ini, tak ada catatan pasti kapan tradisi mudik mulai dilakukan di Indonesia.

Mudik sudah ada sejak zaman Majapahit

Mudik sudah ada sejak zaman Majapahit.

Begitu kata dosen Sejarah Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Silverio Rade Lilik Aji Sampurno, seperti dilansir Kompas.com.

Dia bilang, awalnya, pulang kampung tidak diketahui kapan.

"Tetapi ada yang menyebutkan sejak zaman Majapahit dan Mataram Islam," kata Silverio.

Dia melanjutkan, dulu dulu wilayah kekuasaan Majapahit sangat luas sampai ke Sri Lanka dan Semenanjung Malaya.

Kerajaan Majapahit pun menempatkan para pejabatnya di titik-titik kekuasaan mereka.

Sampai pada suatu saat, pejabat tersebut akan kembali ke pusat kerajaan untuk menghadap raja dan mengunjungi tempat asal.

Kebiasaan ini kemudian dikaitkan dengan lahirnya fenomena pulang kampung.

"Selain berawal dari Majapahit, pulang kampung juga dilakukan oleh pejabat dari Mataram Islam yang berjaga di daerah kekuasaan," tambahnya.

"Terutama mereka balik menghadap Raja pada Idul Fitri.

Sementara itu, sejarawan sekaligus dosen sejarah di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Yuanda Zara, mudik juga ada di zaman kemerdekaan Indonesia.

Fenomena mudik kemudian pada 1960-an mendapat perhatian dari pemerintah.

Di sekitar tahun-tahun itu, jalur-jalur kereta api dari masa kolonial kembali dihidupkan di seluruh wilayah untuk memudahkan warga pulang ke kampung halaman.

Dalam perkembangannya, mudik juga dilakukan dengan moda transportasi bus, kapal, pesawat, bahkan mulai tahun 1980-an orang banyak mudik menggunakan kendaraan pribadi.

"Sampailah ke era sekarang yang kita lihat tadi itu telah berlangsung sekitar 70 tahun dalam skala yang besar, kalau sebelumnya hanya skala personal," kata Yuanda.

Meski begitu, mudik sebagai istilah ternyata baru benar-benar populer pada 1970-an.

Menurut Silverio, sejak saat itu mudik dikenal sebagai tradisi yang dilakukan oleh perantau untuk kembali ke kampung halamannya dan berkumpul bersama keluarga, khususnya ketika Lebaran.

Sementara, menurut Yuanda Zara, istilah mudik mulai banyak digunakan di tahun 1980-an.

Sebelumnya, masyarakat lebih lazim menggunakan istilah pulang kampung, lebara, halal bi halal, atau yang lain.

Bagi masyarakat Jawa, "mudik" diartikan sebagai mulih dhisik atau pulang dulu.

"Mudik menurut orang Jawa itu kan dari kata mulih dhisik yang bisa diartikan pulang dulu," kata Silverio.

"Hanya sebentar untuk melihat keluarga setelah mereka menggelandang (merantau)."

Sedangkan masyarakat Betawi mengartikan mudik sebagai "kembali ke udik".

Dalam bahasa Betawi, "udik" berarti kampung.

Saat orang Jawa hendak pulang ke kampung halaman, orang Betawi menyebut "mereka akan kembali ke udik".

Akhirnya, istilah ini mengalami penyederhanaan dari "udik" menjadi "mudik".

Ada juga yang bilang bahwa tradisi mudik atau pulang kampung berakar dari sejarah orang-orang di Indonesia bermigrasi.

Sejak abad ke-15, orang-orang Minangkabau sudah melakukan tradisi pulang kampung sambil menjaga ikatan tradisional dengan asal-usul mereka.

Tradisi ini kemudian menyebar ke berbagai daerah di Indonesia yang memiliki penduduk mayoritas Muslim dan merayakan Idul Fitri.