Find Us On Social Media :

Inilah Nilai Yang Dapat Dipetik Pada Kisah Perjuangan Walid Bin Abdul Malik Yang Dapat Diteladani

By Moh. Habib Asyhad, Minggu, 3 Maret 2024 | 15:17 WIB

Begitulah, nilai yang dapat dipetik pada kisah perjuangan Walik bin Abdul Malik yang dapat diteladani adalah upayanya untuk upayanya untuk mensejahterakan rakyat.

Intisari-Online.com - Salah satu masa keemasan Dinasti Bani Umayyah adalah saat dipimpin oleh Walib bin Abdul Malik.

Dalam memerintah, sang khalifah benar-benar berjuang untuk kesejahteraan rakyatnya.

Inilah nilai yang dapat dipetik pada kisah perjuangan Walik bin Abdul Malik yang dapat diteladani.

Keadaan negara sangat tenteram, makmur, dan tertib.

Umat Islam merasa nyaman dan hidup bahagia ketika dipimpin oleh Walid bin Abdul Malik (705-715).

Pada 10 tahun kepemimpinannnya, wilayah diperluas ke Afrika Utara menuju wilayah barat daya Eropa.

Infrastruktur dibangun dengan megah.

Dia menbangun rumah jompo dan panti asuhan serta Masjid al-Umawi di Damaskus

Walid bin Abdul Malik adalah khalifah Bani Umayyah yang memerintah antara 705-715.

Dia menjadi khalifah untuk menggantikan ayahnya, Abdul Malik bin Marwan, yang meninggal dunia.

Masa kejayaan Bani Umayyah terwujud ketika dipimpin oleh Khalifah Walid bin Abdul Malik.

Pada masa pemerintahan Khalifah Walid bin Abdul Malik, Bani Umayyah mengalami stabilitas politik yang didukung oleh wazir dan gubernur yang cakap.

Tak hanya itu, Kekhalifahan Bani Umayyah mampu menguasai Transoxiana (sekarang Uzbekistan, Kazakhstan, Tajikistan dan Turkmenistan), anak benua India, dan Semenanjung Iberia di Eropa.

Walid bin Abdul Malik lahir pada 668, atau saat Bani Umayyah berada di bawah kekuasaan Muawiyah bin Abu Sufyan.

Dia merupakan anak dari Abdul Malik bin Marwan dan Wallada binti al-Abbas, keturunan generasi keempat dari kepala suku Arab abad ke-6, Zuhayr ibn Jadhima, dari klan Bani Abs di Ghatafan.

Sejak kecil, Walid sudah mendapatkan pendidikan di Istana Umayyah dan mendalami pelatihan berperang ketika menginjak dewasa.

Dia belajar bela diri, berkuda, memanah, memainkan pedang, dan belajar ilmu seni berperang.

Pada 692, Walid ditugaskan untuk berperang melawan Kekaisaran Romawi Timur.

Misinya berlanjut antara 695-598, di mana ia dipercaya memimpin pasukan dalam memerangi lawan kekhalifahannya.

Setelah ayahnya, Abdul Malik bin Marwan, turun takhta, Walid bin Abdul Malik resmi menjadi Khalifah Bani Umayyah pada tahun 705.

Keadaan Daulah Umayyah ketika dipimpin oleh Khalifah Walid bin Abdul Malik mengalami perkembangan pesat.

Selama menjadi khalifah, dia fokus pada perluasan wilayah dan pembangunan berbagai infrastruktur serta fasilitas umum.

Perluasan wilayah Enam tahun setelah memimpin Bani Umayyah, Khalifah Walid bin Abdul Malik memerintah pasukan di bawah pimpinan Muhammad bin Qasim ke Hindustan.

Di bawah pimpinan Muhammd bin Qasim, Bani Umayyah melakukan ekspansinya dan berhasil menguasai Sind dan Nepal.

Selain itu, pada masa pemerintahan Khalifah Walid bin Abdul Malik, tercatat peristiwa yang spektakuler yang menandai perluasan Islam ke Eropa yang terjadi pada tahun 711.

Peristiwa itu adalah mendaratnya pasukan Islam di Gibraltar dan mulai menaklukkan kawasan ini.

Kemudian, di bawah pimpinan Panglima Qutaibah bin Muslim, Bani Umayyah berhasil menaklukkan Sungai Dajlah, Turki, Shagd, Syaas, Farghanah, Bukhara, Samarkand, Kashgar, dan Turkistan.

Sedangkan wilayah Spanyol atau Andalusia berhasil ditaklukkan melalui ekspansi militer yang dipimpin oleh Thariq bin Ziyad.

Saat Bani Umayyah menguasai Spanyol, praktik toleransi beragama mulai terasa.

Selain fokus pada perluasan wilayah, Khalifah Walid bin Abdul Malik juga membangun sarana dan infrastruktur bagi rakyatnya.

Di Madinah, ia memerintahkan pembangunan sumur dan merenovasi jalan-jalan umum.

Khalifah Walid bin Abdul Malik juga membangun rumah sakit pertama dalam sejarah Islam. Penyandang cacat dan kaum dhuafa pun diberikan tempat tinggal.

Mereka di tempatkan di sebuah panti yang para pengurusnya digaji dan diberi fasilitas oleh negara.

Selain itu, Khalifah Walid bin Abdul Malik juga melakukan renovasi terhadap Masjid Nabawi di Madinah dan Masjid Al-Aqsa di Yerusalem.

Di Damaskus, yang merupakan ibu kota Bani Umayyah, khalifah juga membangun masjid agung yang menelan biaya sangat besar.

Atas berbagai kebijakannya, para sejarawan berpendapat bahwa Khalifah Walid bin Abdul Malik adalah orang yang menegakkan Dinasti Umayyah sampai benar-benar teguh.

Pada masa kekuasaan Walid bin Abdul Malik, adiknya yang bernama Sulaiman bin Abdul Malik, menjadi urutan pertama sebagai putra mahkota.

Sebenarnya, Walid bin Abdul Malik ingin mengangkat putranya, Abdul Aziz, sebagai putra mahkota pertama, tetapi Sulaiman bin Abdul Malik menolak untuk menyerahkan gelarnya.

Mengetahui hal itu, Khalifah Walid bin Abdul Malik tetap berusaha untuk menjadikan Abdul Aziz sebagai putra mahkota, tetapi usahanya tidak pernah berhasil.

Khalifah Walid bin Abdul Malik meninggal pada 715 dan kemudian dimakamkan di Bab ash-Shagir, Damaskus, Suriah.

Begitulah, nilai yang dapat dipetik pada kisah perjuangan Walik bin Abdul Malik yang dapat diteladani adalah upayanya untuk upayanya untuk mensejahterakan rakyat.