Find Us On Social Media :

Inilah Nilai Yang Dapat Dipetik Pada Kisah Perjuangan Walid Bin Abdul Malik Yang Dapat Diteladani

By Moh. Habib Asyhad, Minggu, 3 Maret 2024 | 15:17 WIB

Begitulah, nilai yang dapat dipetik pada kisah perjuangan Walik bin Abdul Malik yang dapat diteladani adalah upayanya untuk upayanya untuk mensejahterakan rakyat.

Tak hanya itu, Kekhalifahan Bani Umayyah mampu menguasai Transoxiana (sekarang Uzbekistan, Kazakhstan, Tajikistan dan Turkmenistan), anak benua India, dan Semenanjung Iberia di Eropa.

Walid bin Abdul Malik lahir pada 668, atau saat Bani Umayyah berada di bawah kekuasaan Muawiyah bin Abu Sufyan.

Dia merupakan anak dari Abdul Malik bin Marwan dan Wallada binti al-Abbas, keturunan generasi keempat dari kepala suku Arab abad ke-6, Zuhayr ibn Jadhima, dari klan Bani Abs di Ghatafan.

Sejak kecil, Walid sudah mendapatkan pendidikan di Istana Umayyah dan mendalami pelatihan berperang ketika menginjak dewasa.

Dia belajar bela diri, berkuda, memanah, memainkan pedang, dan belajar ilmu seni berperang.

Pada 692, Walid ditugaskan untuk berperang melawan Kekaisaran Romawi Timur.

Misinya berlanjut antara 695-598, di mana ia dipercaya memimpin pasukan dalam memerangi lawan kekhalifahannya.

Setelah ayahnya, Abdul Malik bin Marwan, turun takhta, Walid bin Abdul Malik resmi menjadi Khalifah Bani Umayyah pada tahun 705.

Keadaan Daulah Umayyah ketika dipimpin oleh Khalifah Walid bin Abdul Malik mengalami perkembangan pesat.

Selama menjadi khalifah, dia fokus pada perluasan wilayah dan pembangunan berbagai infrastruktur serta fasilitas umum.

Perluasan wilayah Enam tahun setelah memimpin Bani Umayyah, Khalifah Walid bin Abdul Malik memerintah pasukan di bawah pimpinan Muhammad bin Qasim ke Hindustan.

Di bawah pimpinan Muhammd bin Qasim, Bani Umayyah melakukan ekspansinya dan berhasil menguasai Sind dan Nepal.