Find Us On Social Media :

Sejarah Tri Koro Dharmo, Latar Belakang Perjuangan Hingga Tokoh-Tokohnya

By Afif Khoirul M, Senin, 15 Januari 2024 | 15:15 WIB

Ilustrasi - Sejarah Tri Koro Dharmo.

Tri Koro Dharmo berdiri dengan ketua dr. Satiman Wirjosandjojo, wakil ketua Wongsonegoro, sekretaris dr. Sutomo, dan anggota Muslich, Mosodo, dan Abdul Rahman.

Organisasi ini bertujuan untuk menyatukan para siswa pribumi, menumbuhkan minat dalam seni dan bahasa nasional, dan mempromosikan pengetahuan umum bagi para anggotanya.

Hal ini dilakukan dengan mengadakan berbagai pertemuan dan kursus, mendirikan lembaga yang menyediakan beasiswa, mengadakan berbagai pertunjukan seni, dan menerbitkan majalah Tri Koro Dharmo.

Pada 12 Juni 1918, Tri Koro Dharmo mengubah namanya menjadi Jong Java, dengan maksud untuk dapat merangkul kaum muda dari Sunda, Madura, dan Bali.

Namun, hal ini tidak berjalan mulus, karena jumlah anggota Jawa masih mendominasi organisasi ini, dan bahasa Jawa masih digunakan sebagai bahasa resmi.

Pada kongres kedua yang diadakan di Yogyakarta pada 1919, beberapa isu penting dibahas, antara lain milisi untuk rakyat Indonesia, perguruan tinggi, posisi perempuan, nasionalisme, dan cita-cita Jawa Raya.

Pada pertengahan 1920-an, Tri Koro Dharmo mengadakan kongres ketiga di Solo dan kongres keempat di Bandung, yang semakin menegaskan tujuannya untuk membangkitkan cita-cita Jawa Raya dan mengembangkan rasa persatuan di antara suku bangsa di Indonesia.

Namun, organisasi ini juga tidak mau terlibat dalam aksi politik, yang dikonfirmasi pada kongres kelima pada 1922 di Solo, bahwa organisasi ini tidak akan ikut campur dalam urusan politik atau pemerintahan.

Pada tahun 1924, Tri Koro Dharmo mendapat pengaruh dari Serikat Islam, yang dipimpin oleh Haji Agus Salim, yang merupakan organisasi politik yang berbasis Islam.

Hal ini menyebabkan beberapa tokoh yang berpegang teguh pada prinsip-prinsip Islam akhirnya keluar dari organisasi ini dan membentuk Jong Islamieten Bond (JIB).

Tri Koro Dharmo sendiri mulai mengalami kemunduran sejak tahun 1929, karena banyak anggotanya yang beralih ke organisasi lain yang lebih radikal, seperti Partai Nasional Indonesia (PNI) dan Partai Komunis Indonesia (PKI).

Baca Juga: Sejarah Kerajaan Kediri, Asal Usul, Masa Kejayaan, dan Peninggalan Budaya