Find Us On Social Media :

Sang Putri Buka-bukaan Soal Alasan Bung Hatta Mundur Sebagai Wakil Presiden Bung Karno

By Moh. Habib Asyhad, Minggu, 15 Oktober 2023 | 15:58 WIB

Meutia Hatta pernah bercerita soal alasan Bung Hatta mundur sebagai wakil presiden Bung Karno pada 1956.

Meutia Hatta pernah bercerita soal alasan Bung Hatta mundur sebagai wakil presiden Bung Karno pada 1956.

Intisari-Online.com - Tentu kita bertanya-tanya, kenapa di akhir-akhir masa jabatannya, Presiden Sukarno atau Bung Karno menjadi pemimpin seorang diri?

Kenapa Bung Karno di masa akhir jabatannya tidak punya wakil presiden?

Ke mana perginya Bung Hatta, sosok yang mendampinginya membacakan teks proklamasi di Jalan Pegangsaan Timur pada 17 Agustus 1945?

Bung Karno dan Bung Hatta--meski keduanya punya cita-cita yang sama terkait kemerdekaan Indonesia--adalah dua sosok yang sama sekali berbeda.

Terutama terkait urusan-urusan ketatanegaraan.

Mohammad Hatta atau Bung Hatta adalah Wakil Presiden pertama Indonesia.

Dia menjabat sejak 1945 hingga 1956.

Bung Hatta terpilih dalam sidang PPKI yang digelar di Jakarta pada 18 Agustus 1945.

Dia bertanggung jawab untuk mendampingi Soekarno sebagai Presiden pertama Indonesia.

Tapi setelah 11 tahun menjabat, Bung Hatta memilih untuk tidak melanjutkan tugasnya sebagai Wakil Presiden.

Hatta mundur dari jabatan wakil presiden pada 1 Desember 1956.

Tidak sejalan dengan Presiden Soekarno

Alasan Mohammad Hatta mengundurkan diri sebagai Wakil Presiden Indonesia adalah karena dia merasa tidak sepandangan lagi dengan Presiden Soekarno.

Sepanjang sejarah ketatanegaraan RI, peran dan fungsi Wakil Presiden Indonesia telah mengalami pasang surut.

Saat Bung Hatta menjabat sebagai Wakil Presiden (1945-1956), dia tidak hanya berperan mengendalikan administrasi ketatanegaraan dan pembangunan ekonomi, tetapi juga dalam bidang politik.

Dia menandatangani maklumat-maklumat yang memiliki arti penting dalam pengertian politis atau yuridis, seperti Maklumat Wakil Presiden No. X, 16 Oktober 1945 dan Maklumat Pemerintah tanggal 3 November 1945 yang menjadi dasar pembentukan KNIP.

Tak hanya itu, Bung Hatta juga merumuskan prinsip bebas aktif sebagai landasan politik luar negeri yang masih dijalankan hingga sekarang.

Sayangnya, lambat laun hubungan antara Mohammad Hatta dengan Presiden Soekarno mulai merenggang.

Salah satu penyebab terjadinya perselisihan di antara keduanya adalah karena Mohammad Hatta berpandangan bahwa Soekarno hanya berpusat pada dirinya sendiri (egosentris).

Perbedaan paham inilah yang kemudian membuat Mohammad Hatta memutuskan untuk mundur dari masa tugasnya sebagai Wakil Presiden Indonesia.

Lalu, pada 1955, Mohammad Hatta juga sudah membuat pernyataan bahwa jika parlemen dan konstituante pilihan rakyat sudah terbentuk, dia akan mengundurkan diri.

Mohammad Hatta mengirim surat pegunduran diri kepada Ketua DPR, Sartono, yang berisi:

"Merdeka! bersama ini saya beritahukan dengan hormat bahwa sekarang, setelah Dewan Perwakilan Rakyat yang dipilih rakyat mulai bekerja dan konstituante menurut pilihan rakyat sudah tersusun, sudah tiba waktunya bagi saya mengundurkan diri sebagai Wakil Presiden RI. Segera setelah konstituante dilantik, saya akan meletakkan jabatan saya secara resmi."

Awalnya, DPR menolak secara halus permintaan itu dengan tidak merespons surat yang sudah dikirimkan oleh Mohammad Hatta.

Tapi pada 23 November 1956, Bung Hatta kembali mengirim surat susulan yang isinya mirip seperti surat sebelumnya.

Salah satu poin penting dari surat itu adalah bahwa per 1 Desember 1956, Mohammad Hatta akan berhenti dari jabatannya sebagai Wakil Presiden Indonesia.

Karena sudah dua kali mengirim surat ke DPR, akhirnya pada Sidang DPR yang digelar tanggal 30 November 1956, permintaan Bung Hatta untuk mundur dari jabatannya disetujui.

Pengajuan pengunduran diri Mohammad Hatta kemudian ditindaklanjuti oleh Presiden Soekarno dengan mengeluarkan Keppres No. 13 Tahun 1957 yang menyatakan terhitung mulai tanggal 1 Desember 1956 memberhentikan Mohammad Hatta dengan hormat sebagai Wakil Presiden Indonesia.

Terkait pengunduran Bung Hatta sebagai Wakil Presiden Indonesia juga pernah diungkapkan oleh putri sang putri, Meutia Hatta.

"Sebenarnya Bung Karno dan Bung Hatta itu sesudah pemilu itu kan harusnya betul-betul kabinet presidensial," ceritanya.

"Jadi Bung Karno dan Bung Hatta sebagai pemimpin ya waktu itu juga Dwitunggal."

"Tapi kemudian ada sistem yang menonjol kok kepentingan partai dan sebagainya. Dan Bung Hatta sering menegur, tapi tidak diperhatikan," lanjutnya.

"Rakyat meminta sesuatu dan beliau tentu menjanjikan dan memberi tahu kepada kabinet, menteri-menteri dan sebagainya. Tapi ini kan permainan politik itu tidak segera ditolong."

"Yang lebih membuat kecewa Bung Hatta itu adalah karena beliau sebagai wakil presiden dan ini kabinet presidensial, tapi kok yang menonjol kok kepentingan partai."