Find Us On Social Media :

Hubungan Dagang dan Diplomatik antara Kerajaan Melayu dan Cina pada Abad ke-5 hingga ke-7:

By Afif Khoirul M, Jumat, 13 Oktober 2023 | 13:50 WIB

Kerajaan Melayu yang memiliki hubungan dengan Tiongkok kuno.

Banyak candi-candi Buddha yang dibangun di wilayah Kerajaan Melayu, seperti Muaro Jambi, Muara Takus, dan Batang Hari.

Selain itu, banyak pula pedagang, pendeta, dan pelaut Cina yang menetap di Nusantara dan bercampur dengan penduduk setempat, membentuk komunitas-komunitas Cina peranakan yang memiliki identitas budaya tersendiri.

Hubungan Diplomatik

Hubungan diplomatik antara Kerajaan Melayu dan Cina dilakukan melalui pengiriman utusan-utusan resmi yang membawa surat-surat, hadiah-hadiah, dan misi-misi tertentu.

Tujuan dari hubungan diplomatik ini adalah untuk menjaga hubungan baik, mempererat kerjasama, meminta perlindungan, atau mengakui kedaulatan.

Hubungan diplomatik ini juga dapat mempengaruhi status politik dan ekonomi dari kerajaan-kerajaan yang terlibat.

Salah satu contoh hubungan diplomatik antara Kerajaan Melayu dan Cina adalah ketika Sri Jayanasa mengirimkan utusan ke Cina pada tahun 686 M.

Baca Juga: Mengungkap Misteri Prasasti Sanghyang Tapak, Saksi Bisu Berdirinya Kerajaan Pajajaran

Tujuan dari pengiriman utusan ini adalah untuk meminta pengakuan dari kaisar Tang sebagai raja dari seluruh pulau Jawa, Sumatera, dan Semenanjung Malaya.

Hal ini menunjukkan bahwa Sri Jayanasa ingin menegaskan kedaulatannya atas wilayah-wilayah yang sebelumnya berada di bawah pengaruh Sriwijaya.

Namun, permintaan ini ditolak oleh kaisar Tang, yang menganggap bahwa Sri Jayanasa adalah pemberontak yang melawan Sriwijaya, yang merupakan sekutu Cina.

Contoh lain hubungan diplomatik antara Kerajaan Melayu dan Cina adalah ketika utusan dari Melayu datang bersama dengan utusan dari Sriwijaya ke Cina pada tahun 1017 M.

Tujuan dari pengiriman utusan ini adalah untuk menjalin hubungan baik dengan dinasti Song, yang merupakan penerus dinasti Tang.

Hal ini menunjukkan bahwa Kerajaan Melayu masih ada dan berhubungan dengan Cina meskipun telah ditaklukan oleh Sriwijaya pada tahun 685 M.

Kemungkinan besar, Kerajaan Melayu telah memperoleh kemerdekaannya kembali setelah Sriwijaya mengalami kemunduran akibat serangan Rajendra Chola dari India pada tahun 1025 M.