Find Us On Social Media :

Hubungan Dagang dan Diplomatik antara Kerajaan Melayu dan Cina pada Abad ke-5 hingga ke-7:

By Afif Khoirul M, Jumat, 13 Oktober 2023 | 13:50 WIB

Kerajaan Melayu yang memiliki hubungan dengan Tiongkok kuno.

Prasasti ini memuat informasi tentang penguasa Kerajaan Melayu yang bernama Sri Jayanasa, yang mengaku sebagai raja dari seluruh pulau Jawa, Sumatera, dan Semenanjung Malaya.

Prasasti ini juga menyebutkan bahwa Sri Jayanasa telah mengirimkan utusan ke Cina untuk memperoleh pengakuan sebagai raja.

Baca Juga: Sumber Data yang Diperlukan dalam Penelitian Tentang Kerajaan Majapahit adalah 5 Hal Ini

Hubungan Dagang

Hubungan dagang antara Kerajaan Melayu dan Cina didasarkan pada kebutuhan akan komoditas-komoditas yang saling melengkapi.

Kerajaan Melayu memiliki sumber daya alam yang berlimpah dan cukup diminati oleh Cina, seperti kapur barus, damar, gaharu, emas, perak, tembaga, timah, lada, cengkih, kayu manis, dan lain-lain.

Sementara itu, Cina memiliki produk-produk industri yang berkualitas dan bervariasi, seperti sutra, porselen, kertas, tinta, koin, senjata, alat-alat musik, dan lain-lain.

Perdagangan antara Kerajaan Melayu dan Cina dilakukan melalui jalur laut yang disebut sebagai Nanhai Trade (Perdagangan Laut Selatan).

Jalur ini menghubungkan pelabuhan-pelabuhan penting di Asia Tenggara, seperti Palembang, Jambi, Melaka, Kedah, Patani, Champa, Funan, Srivijaya, dan lain-lain.

Jalur ini juga menjadi bagian dari jalur perdagangan internasional yang disebut sebagai Jalur Sutra Maritim (Maritime Silk Road), yang menghubungkan Asia Tenggara dengan India, Timur Tengah, Afrika, dan Eropa.

Perdagangan antara Kerajaan Melayu dan Cina tidak hanya melibatkan pertukaran barang-barang fisik, tetapi juga pertukaran budaya dan pengetahuan.

Hal ini dapat dilihat dari pengaruh agama Buddha yang datang dari India melalui Cina ke Nusantara.