Find Us On Social Media :

Kehidupan Politik Kerajaan Banten, Runtuh Akibat Politik Adu Domba

By Ade S, Selasa, 12 September 2023 | 10:03 WIB

Ilustrasi Masjid Banten Lama, Desa Karangantu, Serang, Banten oleh Rappard. Artikel ini membahas tentang kehidupan politik Kerajaan Banten, salah satu negara Islam yang berdiri di Jawa dan runtuh akibat politik adu domba.

Di awal pemerintahan Maulana Hasanuddin, pusat kerajaan dibangun di Surosowan, dekat dengan teluk Banten.

Atas petunjuk Sunan Gunung Jati, kemudian dibangun keraton, masjid, alun-alun, pasar, dan kelengkapan kerajaan lainnya.

Pusat pemerintahan Kerajaan Banten itu sangat strategis bagi pertumbuhan dan perkembangan kesultanan.

Terlebih dengan penguasaan Malaka oleh Portugis, Banten memiliki pelabuhan yang semakin berperan penting bagi pelayaran dan perdagangan internasional melalui Selat Sunda.

Sultan pun tidak hanya berperan memimpin kerajaan, tetapi juga bertindak sebagai pendiri, pembangun, dan pengembang kota pelabuhan.

Dalam perkembangannya, Banten berfungsi sebagai pusat politik, perekonomian, dan keagamaan Islam.

Sultan Maulana Hasanuddin mulai memperluas wilayah kekuasaannya dengan menguasai Lampung dan Jayakarta.

Di masa Sultan Maulana Yusuf (1570-1580), Banten mengalami kemajuan dalam bidang pembangunan kota dan desa-desa.

Pada 1579, Banten juga berhasil menaklukkan Pakuan Pajajaran dan membuat Islam semakin tersebar luas di Jawa Barat.

Periode kejayaan hingga runtuhnya Kerajaan Banten

Di masa pemerintahan Sultan Abdul Mafakhir Mahmud Abdulkadir (1596-1647), Kerajaan Banten mulai terusik politik kolonialisme Belanda.

Baca Juga: Cuma Gara-Gara Perkara 'Bisul' Mataram Islam Gagal Taklukan Kerajaan Banten, Kok Bisa?