Find Us On Social Media :

Perang Takhta Jawa II Disebut-sebut Sebagai Perang Terbesar Mataram Islam: Amangkurat IV Vs Adik-adiknya

By Moh. Habib Asyhad, Sabtu, 22 Juli 2023 | 12:17 WIB

Perang Takhta Jawa II disebut sebagia perang terbesar yang pernah dilakukan Mataram Islam. Lawannya adalah saudara-saudara raja (ilustrasi tidak menggambarkan kejadian)

Di daerah Pati, Arya Mataram pun menobatkan diri menjadi raja dengan nama Sunan Kuning.

Dengan begitu, rakyat Mataram Islam terbagi menjadi empat kubu, yakni kubu Amangkurat IV, kubu Pangeran Blitar-Pangeran Purbaya, kubu Pangeran Dipanagara, dan kubu Arya Mataram, yang menandai dimulainya Perang Takhta Jawa II.

Satu-satunya cara Amangkurat IV mempertahankan takhtanya adalah dengan meminta bantuan kepada VOC.

Pasukan VOC yang ada di Semarang dipanggil untuk mengamankan Amangkurat IV di Kartasura.

Setelah strategi disusun, sebagian pasukan VOC dan prajurit dari Kartasura pertama-tama ditugaskan untuk menumpas Arya Mataram.

Arya Mataram menyerah setelah dijepit oleh pasukan VOC di Jepara dan akhirnya dibunuh.

Setelah itu, pasukan gabungan VOC dan Kartasura ditugaskan untuk menyerang kedudukan Pangeran Blitar dan Pangeran Purbaya di Kartasari.

Karena kekuatan yang tidak seimbang, keraton Kartasari hancur dan beberapa pejabatnya dihabisi pasukan gabungan VOC dan Kartasura.

Hal itu membuat Pangeran Blitar dan Pangeran Purbaya melarikan diri ke Jawa Timur.

Selama beberapa bulan berikutnya, dua pangeran ini terus diburu oleh VOC sehingga harus berpindah-pindah tempat di pedalaman Jawa Timur.

Dalam pengejaran, Pangeran Blitar jatuh sakit dan akhirnya meninggal pada 1721.

Pengejaran terhadap Pangeran Purbaya dilanjutkan VOC, yang juga mengiriminya surat.

Dalam surat tersebut VOC meminta agar Pangeran Purbaya menyerah karena peperangan tidak akan ada ujungnya.

Pangeran Purbaya mau kembali ke Kartasura, asalkan seluruh punggawanya dan Pangeran Dipanagara diampuni.

Pada 1723, Perang Takhta Jawa II berakhir dengan pengasingan Pangeran Dipanagara ke Tanjung Harapan karena terbukti melakukan pemberontakan.

Sementara itu, Pangeran Purbaya diizinkan hidup di Tangerang di bawah pengawasan VOC.

Keputusan itu merupakan strategi VOC, yang mengamankan Pangeran Purbaya sebagai cadangan untuk menggantikan Amangkurat IV apabila hubungan mereka memburuk.

VOC memandang Pangeran Purbaya memiliki legitimasi yang sama dengan Amangkurat IV.

Dengan bantuan dari VOC, Amangkurat IV berhasil memenangkan Perang Takhta Jawa II sekaligus mempertahankan takhta Mataram Islam.