Find Us On Social Media :

Menyambut Malam 1 Suro, Ada Tujuan Khusus Kenapa Sultan Agung Menciptakan Kalender Jawa

By Moh. Habib Asyhad, Selasa, 18 Juli 2023 | 12:55 WIB

Sultan Agung punya tujuan khusus kenapa mencitapkan Kalender Jawa, dengan menggabungkan kalender Saka dan kalender Hijriah. Selamat Malam 1 Suro,

Nah, Sultan Agung menginginkan agar perayaan adat oleh keraton dan hari besar Islam dapat terjadi dalam waktu bersamaan.

Itulah kenapa Sultan Agung menciptakan kalender Jawa, yang merupakan perpaduan antara kalender Saka dan Hijriah.

Perubahan sistem penanggalan oleh Sultan Agung dilakukan hari Jumat Legi, saat pergantian tahun baru Saka 1555 yang ketika itu bertepatan dengan tahun baru Hijriah 1 Muharam 1043 H dan 8 Juli 1633 M.

Penanggalan yang baru tidak mengganti hitungan tahun Saka 1555 menjadi tahun 1.

Tapi meneruskannya dengan berbagai penyesuaian.

Salah satu penyesuaiannya terletak pada sistem perhitungan, yang bukan mengikuti kalender Saka dengan berdasarkan matahari, tetapi perhitungan berdasarkan pergerakan bulan, seperti penanggalan Hijriah.

Sehingga, jumlah hari dan bulan dalam kalender Jawa memakai sistem Islam, tetapi angka tahunya tetap mengikuti kalender Saka.

Nama bulan dalam kalender Jawa adalah Suro, Sapar, Mulud, Bakda Mulud, Jumadil Awal, Jumadil Akhir, Rejeb, Ruwah, Poso, Sawal, Dulkangidah, Besar.

Nama bulan tersebut mirip dengan urutan kalender Hijriah yakni Muharram, Safar, Rabiul Awal, Rabiul Akhir, Jumadil Awal, Jumadil Akhir, Rajab, Syaban, Ramadan, Syawal, Dzulkaidah, Dzulhijjah.

Karena sistem perhitungannya sama, awal tahun baru kalender Jawa selalu jatuh bersamaan dengan tahun baru Islam.

Sehingga saat umat Muslim merayakan tahun baru Islam 1 Muharam, masyarakat Jawa juga merayakan tahun baru kalender Jawa yaitu 1 Suro, meski tahunnya berbeda.

Selain itu, sistem kalender Jawa memakai dua siklus hari.

Yang pertama adalah siklus mingguan yang terdiri dari tujuh hari seperti kalender Masehi.

Pemberian nama hari dalam kalender Jawa menyerap dari bahasa Arab, di antaranya Ahad (Minggu), Isnain (Senin), Tsalasa (Selasa), Arba’a (Rabu), Khamisi (Kamis), Jum‘ah (Jumat), dan Sab’ah (Sabtu).

Yang kedua adalah siklus pancawara, yang terdiri dari lima hari pasaran, yaitu Legi, Pahing, Pon, Wage, dan Kliwon.

Sistem penanggalan Jawa yang diciptakan Sultan Agung berlaku untuk seluruh Pulau Jawa dan Madura, kecuali Banten, karena tidak termasuk daerah Mataram Islam.

Kini, kalender Jawa masih digunakan oleh sebagian masyarakat Jawa.