Find Us On Social Media :

Bantu Raffles Lunakkan Penguasa Mataram Yogyakarta, Sosok Ini Dapat Hadiah Dari Inggris Berwujud Kadipaten Pakualaman

By Moh. Habib Asyhad, Rabu, 28 Juni 2023 | 13:06 WIB

Munculnya Kadipaten Pakualaman tak lepas dari dari jasa Natakusuma, Paku Alam I, terhadap Inggris dalam Geger Sepehi.

Munculnya Kadipaten Pakualaman tak lepas dari dari jasa Natakusuma, Paku Alam I, terhadap Inggris dalam Geger Sepehi.

Intisari-Online.com - Geger Sepehi mengubah peta Kasultanan Yogyakarta, salah satu pewaris trah Mataram Islam.

Salah satunya adalah terbentuknya Kadipaten Pakualaman dan diangkatnya sosok Pangeran Natakusuma sebagai Paku Alam I.

Siapa sebenarnya Pangeran Natakusuma? Dan apa perannya dalam Geger Sepehi?

Nama lengkapnya Bendara Pangeran Harya Natakusuma.

Pria kelahiran 21 Maret 1764 itu merupakan ketiga Hamengkubuwono I dan Raden Ayu (R.Ay.) Srenggara, seorang selir yang berasal dari desa Karangnangka.

Natakusuma merupakan salah satu putra kesayangan HB I.

Ketika HB II berkuasa, muncul intrik di internal Kasultanan Mataram Yogyakarta.

Intrik itu konon disulut oleh Patih Danureja II dan Van Braam, minister untuk Surakarta.

Dengan intrik yang dia timbulkan, Danureja II berhasil memancing pemberontakan Bupati Madiun, Raden Rangga.

Natakusuma dan putranya, Natadiningrat, ikut terseret dan dituduh mendalangi pemberontakan.

Natadiningrat dibebastugaskan sebagai sekretaris istana oleh Belanda.

Daendels meminta Hamengkubuwana II untuk menyerahkan Natakusuma dan Natadiningrat ke Semarang.

Natakusuma dan Natadiningrat lalu diberangkatkan ke Semarang dan ditawan disana, lalu ke Cirebon, lalu ke Batavia.

Singkat cerita, Daendels diganti oleh Jan Willem Janssens.

Gubernur Jenderal yang baru ini berusaha memulihkan keadaan dengan memperbaiki kesalahan-kesalahan yang dilakukan pendahulunya.

Natakusuma dan Natadiningrat tidak lagi diperlakukan sebagai tawanan kriminal.

Namun ia berdua tetap belum diperbolehkan kembali ke Kesultanan Yogyakarta.

Inggris kemduain gantian yang menguasa Hindia Belanda.

BPH Natakusuma dan RT Natadiningrat diminta ke Bogor dan diserahkan pada adik Sekretaris Jendral Belanda-Prancis.

Setelah tentara Belanda-Prancis kalah di Batavia dan Meester Cornelis serta pasukan Kerajaan Inggris menuju Bogor, Kedua bangsawan Yogyakarta dipindahkan ke Semarang dan akhirnya ke Surabaya.

Pemerintah Kerajaan Inggris tertarik dengan kasus pengasingannya.

Setelah proses penyelidikan akhirnya Raad van Indie berpendapat kedua bangsawan tersebut hanya merupakan korban kelicikan intrik-intrik pejabat Belanda-Prancis.

Menurut hemat Inggris, Natakusuma merupakan sosok yang pas untuk melunakkan Hamengkubuwana II yang menentang Inggris.

Inggris berharap Natakusuma bersedia menjadi mediator antara Inggris dengan HB II.

Ternyata HB II susah dilunakkan hatinya, Inggris pun memilih untuk menyerang Keraton Kasultanan Yogyakarta.

Meledaklah peristiwa Geger Sepehi, yang berujung ditangkapnya HB II, dan diangkatnya Adipati Anom sebagai HB III.

Selain pengangkatan Adipati Anom, Natakusuma juga ditetapkan sebagai pangeran yang mardika.

Pada 29 Juni 1812 Natakusuma diangkat oleh Pemerintah Kerajaan Inggris menjadi Gusti Pangeran Adipati Paku Alam.

Pengangkatan ini berdasarkan jasa-jasanya terhadap Pemerintah Inggris.

Melalui Perjanjian Politik 17 Maret 1813 (sering disebut dengan Politiek Contract) Natakusuma secara resmi diangkat sebagai Pangeran Merdika dibawah Pemerintah Inggris dengan gelar Pangeran Adipati Paku Alam.

Dia berhak mendapatkan tanah dan tunjangan, tentara kavaleri, hak memungut pajak, dan hak tahta yang turun temurun.

Semua ini diperoleh dengan imbalan kesetiaan kepada Pemerintah Inggris.

Daerah kekuasaan Paku Alam meliputi sebuah kemantren di kota Yogyakarta (sekarang menjadi wilayah kecamatan Pakualaman) dan Daerah Karang Kemuning (Adikarto) di bagian selatan Kabupaten Kulon Progo sekarang.

Di samping mengurusi daerahnya sendiri Paku Alam I juga diangkat Raffles menjadi wali Hamengkubuwana IV antara 1814-1820.