Find Us On Social Media :

Menengok Perilaku 'Sadis' Raja-raja Mataram Islam Ketika Meminta Berkah Kepada Nyai Roro Kidul

By Moh. Habib Asyhad, Jumat, 23 Juni 2023 | 17:46 WIB

Raja-raja Mataram Islam punya kebiasaan bersemadi dan menyendiri untuk mendapat berkah dari Nyai Roro Kidul.

Dari Perwira Kompeni ini pulalah kita memperoleh laporan perjalanan Sunan.

Dari ibukota Kartosuro rombongan bertolak diiringi tembakan salvo meriam dari arah benteng VOC sebagai penghormatan.

Sebagai mana diketahui, semenjak ibukota Mataram dipindahkan ke Kartosuro, pihak VOC diijinkan mendirikan benteng di ibukota. Benteng ini dipimpin oleh seorang Kapten yang menjadi wakil VOC dengan jabatan Residen.

Waktu itu yang menjadi Residen adalah Kapten Simon Keesjong.

Perwira ini bersama para Pembesar Mataram lainnya yang tidak turut dalam perjalanan, mengantarkan Sunan sampai di batas kota.

Setelah segala upacara basa-basi perpisahan di batas kota, Keesjong cs kembali ke ibukota.

Dan bergeraklah rombongan Sunan, Ibu Suri, Permaisuri, Putera Mahkota dan para Pembesar di atas tandu semuanya, diiringi perajurit dan pelayan serta pasukan Kompeni.

"Pawai" yang jumlahnya ribuan ini tentu saja merupakan tontonan cukup menarik bagi penduduk desa-desa yang dilalui.

Rombongan berhenti dan mengaso untuk menginap berturut-turut di Delanggu dan Gondang, dua kota Kecamatan yang kini terletak di daerah Klaten.

Tanggal 5 September 1724 pagi rombongan dipecah menjadi dua.

Ibu Suri dengan sebagian rombongan bertolak menuju Kuto Anyar yang letaknya kira-kira di kota Yogyakarta sekarang.

Sedangkan Sunan dan rombongan menuju ke Karto Winoto, yaitu daerah Madu Gondo di sebelah Tenggara Yogyakarta sekarang.