Find Us On Social Media :

Menengok Perilaku 'Sadis' Raja-raja Mataram Islam Ketika Meminta Berkah Kepada Nyai Roro Kidul

By Moh. Habib Asyhad, Jumat, 23 Juni 2023 | 17:46 WIB

Raja-raja Mataram Islam punya kebiasaan bersemadi dan menyendiri untuk mendapat berkah dari Nyai Roro Kidul.

Sedangkan muara sungai Opak kecuali dekat pantai Selatan, juga tidak begitu jauh letaknya dari Imogiri, yaitu kompleks makam keluarga kerajaan Mataram dimulai dari Sultan Agung.

Pada waktu acara ziarah ke makam leluhur dinasti itulah sering diseling dengan acara berburu di dalam Krapyak.

Berita tertua tentang perburuan semacam itu kita peroleh dari E. Rijkloff van Goens, duta VOC yang beberapa kali mengunjungi ibukota Mataram pada abad ke-XVII.

Pada tahun 1652 Van Goens pernah mengikuti acara berburu yang diadakan oleh Amangkurat I di sekitar muara sungai Opak.

Dia melukiskan tempat itu sebagai:

"… padang perburuan yang luasnya tak terkira dan dikelilingi pagar dari balok kayu jati. Di dalamnya terdapat ribuan rusa, kerbau liar, banteng, kuda liar serta hewan lainnya dimana orang dapat memburu mereka tanpa takut diterkam harimau atau digigit ular… "

Jadi jelaslah apa perbedaan antara Krapyak dengan hutan biasa.

Di dalam Krapyak keadaannya dijaga sedemikian rupa agar supaya binatang-binatang buas seperti harimau tidak dapat masuk ke dalamnya demi menjaga kenikmatan para pemburu.

Perjalanan Amangkurat IV

Tujuan perjalanan sebenarnya untuk berziarah ke makam leluhur dinasti dilanjutkan dengan bersemadi ke pantai Selatan.

Akan tetapi acar a-acara selingan yang diselenggarakan Sunan Amangkurat IV cukup menarik untuk kita ketahui.

Rombongan berangkat pada pagi hari tanggal 3 September 1724, dikawal oleh ratusan perajurit Mataram, ratusan punggawa dan pemikul tandu, ratusan pelayan, ditambah dengan 75 orang serdadu Kompeni di bawah komandannya Letnan Hendrik Coster.