Find Us On Social Media :

Kisah Paku Buwono II, Pendiri Mataram Islam Surakarta Di Seputar Peristiwa Geger Pecinan

By Afif Khoirul M, Minggu, 4 Juni 2023 | 09:15 WIB

Ilustrasi - Sosok Paku Buwono II

Mereka pun mengangkat raja baru, yaitu Raden Mas Garendi sebagai Amangkurat V (juga disebut Sunan Kuning karena memimpin kaum berkulit kuning).

Amangkurat V adalah seorang cucu dari Amangkurat III yang masih berusia muda.

Perang Jawa berlanjut hingga tahun 1743, ketika Paku Buwono II berhasil merebut kembali Kartasura, ibu kota Mataram saat itu, dari tangan Amangkurat V.

Namun, ia tidak merasa aman di Kartasura karena banyak hal buruk yang terjadi di sana, seperti wabah penyakit dan bencana alam. 

Ia pun menyerahkan sebagian wilayah dan kedaulatan Mataram kepada VOC.

Ia bahkan menyerahkan wilayah pesisir utara Jawa, termasuk Surabaya, sebagai hadiah kepada VOC karena telah membantunya mengalahkan Amangkurat V.

Perjanjian ini ditandatangani pada tanggal 11 Desember 1749, sembilan hari sebelum kematiannya.

Perjanjian ini menimbulkan kekecewaan dan kemarahan di kalangan rakyat dan bangsawan Mataram, terutama adiknya yang bernama Raden Mas Said (kemudian bergelar Mangkunagara I) dan keponakannya yang bernama Raden Mas Garendi (kemudian bergelar Hamengkubuwana I).

Mereka menilai Paku Buwono II telah mengkhianati Mataram dan Islam dengan tunduk kepada VOC yang kafir.

Paku Buwono II juga mendapat ejekan dari VOC sendiri, yang menganggapnya sebagai raja yang lemah dan tak berdaya.

VOC bahkan menyebutnya sebagai “raja boneka” yang hanya bisa mengikuti perintah mereka .

Baca Juga: Perjuangan dan Pengorbanan Para Ulama Keraton Mataram Islam Surakarta dalam Peristiwa Pakepung 1790