Find Us On Social Media :

Sosok Teuku Markam, Pahlawan Tanpa Tanda Jasa yang Berikan 28 Kg Emas untuk Monas

By Afif Khoirul M, Sabtu, 3 Juni 2023 | 13:55 WIB

Ilustrasi - Sosok Teuku Markam.

Intisari-online.com - Monumen Nasional atau Monas adalah salah satu simbol kebanggaan bangsa Indonesia.

Tugu setinggi 132 meter ini dibangun untuk mengenang perjuangan rakyat Indonesia dalam merebut kemerdekaan dari penjajah Belanda.

Monas merupakan proyek impian Presiden Soekarno yang diwujudkan dengan bantuan rakyat Indonesia.

Salah satu orang yang berjasa dalam pembangunan Monas adalah Teuku Markam, seorang pengusaha asal Aceh yang menyumbang 28 kg emas untuk melapisi nyala obor di puncak Monas.

Siapa sebenarnya Teuku Markam dan apa motivasinya menyumbang emas untuk Monas?

Profil Teuku Markam

Teuku Markam lahir pada tahun 1925 di Seuneudon dan Alue Capli, Panton Labu Aceh Utara dengan nama asli Teuku Marhaban.

Ia merupakan keturunan Uleebalang atau bangsawan Aceh yang memiliki hubungan dekat dengan Kesultanan Aceh.

Sejak muda, Teuku Markam sudah menunjukkan bakat sebagai pengusaha.

Kemudian memulai bisnisnya dengan berdagang karet dan kopi dari Aceh ke Medan dan Jakarta.

Ia mengembangkan bisnisnya ke bidang lain seperti perkebunan, perbankan, perhotelan, dan konstruksi.

Baca Juga: Ayahnya Kepercayaan Sultan Agung, Sosok Ini Justru Jadi Pengkhianat Mataram, Bocorkan Rencana Serangan Ke VOC

Teuku Markam juga dikenal sebagai orang yang sangat nasionalis dan mendukung penuh perjuangan Indonesia.

Lalu menjadi salah satu pendiri Bank Umum Nasional (BUN) yang didirikan oleh para pengusaha nasionalis untuk mendukung perekonomian Indonesia.

Ia juga menjadi anggota Dewan Pertimbangan Agung (DPA) pada masa pemerintahan Soekarno.

Sumbangan Emas untuk Monas

Pada tahun 1961, Soekarno mencanangkan pembangunan Monas sebagai tugu peringatan kemerdekaan Indonesia.

Namun, pembangunan Monas menghadapi kendala anggaran karena saat itu kondisi ekonomi Indonesia sedang sulit.

Oleh karena itu, Soekarno mencari bantuan dari rakyat Indonesia untuk menyumbang dana atau material untuk pembangunan Monas.

Teuku Markam adalah salah satu orang yang merespon ajakan Soekarno tersebut. Ia menyumbang 28 kg emas murni yang ia dapatkan dari hasil bisnisnya untuk melapisi nyala obor di puncak Monas.

Nilai emas tersebut saat itu setara dengan Rp 1 miliar.

Sumbangan emas Teuku Markam merupakan sumbangan terbesar untuk pembangunan Monas.

Selain Teuku Markam, sumbangan lainnya berasal dari pengusaha bioskop, organisasi sosial, dan masyarakat umum.

Total emas yang digunakan untuk melapisi nyala obor Monas adalah 35 kg (yang kini menjadi 50 kg).

Baca Juga: 6 Sosok Anggota TNI Ini Membelot Dan Bergabung Dengan KKB Papua, Dapat Jabatan Mentereng

Motivasi Teuku Markam

Apa yang mendorong Teuku Markam untuk menyumbang emas sebanyak itu untuk Monas?

Menurut beberapa sumber, Teuku Markam memiliki motivasi yang mulia dan patriotik.

Teuku Markam menyumbang emas untuk Monas karena ia ingin berkontribusi untuk kemajuan dan kejayaan bangsa Indonesia.

Ia menganggap Monas sebagai simbol persatuan dan semangat juang rakyat Indonesia yang harus dihormati dan dijaga.

Teuku Markam juga menyumbang emas untuk Monas karena ia menghormati Soekarno sebagai pemimpin bangsa Indonesia.

Juga mengagumi visi dan misi Soekarno dalam membangun Indonesia sebagai negara yang merdeka, berdaulat, dan berkepribadian.

Dia juga mendukung program-program Soekarno seperti pembebasan Irian Barat dan pemberantasan buta huruf.

Penghargaan dan Kehidupan Selanjutnya

Atas sumbangannya untuk pembangunan Monas, Teuku Markam mendapat penghargaan dari pemerintah Indonesia berupa Bintang Mahaputra Adipradana pada tahun 1975.

Penghargaan ini diberikan kepada orang-orang yang berjasa dalam bidang politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan keamanan, atau kesejahteraan rakyat.

Selain itu, Teuku Markam juga mendapat penghargaan dari pemerintah Aceh berupa Gelar Adat Keuchik Leumiek pada tahun 1980.

Gelar ini diberikan kepada orang-orang yang berjasa dalam bidang sosial kemasyarakatan di Aceh.

Teuku Markam meninggal dunia pada tahun 1984 di Jakarta dalam usia 59 tahun.

Jenazahnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata Jakarta.

Ia meninggalkan seorang istri bernama Cut Nyak Aminah dan tujuh orang anak.

Teuku Markam adalah salah satu pahlawan tanpa tanda jasa yang patut dihormati dan diteladani oleh generasi muda Indonesia.

Ia telah menunjukkan semangat nasionalisme dan patriotisme yang tinggi dengan menyumbang emasnya untuk Monas.

Juga telah membuktikan bahwa ia adalah seorang pengusaha sukses yang peduli dengan kemajuan dan kesejahteraan bangsa Indonesia.