Pemberontakan Pati, Pemberontakan Paling Dikhawatirkan Mataram Islam Itu Pun Terjadi

Moh. Habib Asyhad

Penulis

Pemberotakan Pati atau Pemberontakan Pragola merupakan pemberontakan yang paling dikhawatirkan oleh Mataram Islam.

Pemberotakan Pati atau Pemberontakan Pragola merupakan pemberontakan yang paling dikhawatirkan oleh Mataram Islam.

Intisari-Online.com -Menurut H.J. De Graaf dalam bukunya Awal Kebangkitan Mataram, pembelotan atau pemberontakan Pati adalah pemberontakan yang paling dikhawatirkan.

Tentu saja yang paling khawatir di sini adalah Mataram Islam.

Bagaimanapun juga, kedua wilayah ini terikat dalam ikatan sejarah yang sangat kuat--terutama dalam kasus Arya Penangsang.

Dua wilayah ini pada dasarnya punya kedudukan yang setara di hadapan Pajang--sama halnya dengan kedudukan Ki Ageng Pamanahan dan Ki Panjawi.

Selain itu, Pati juga disebut punya kekuatan militer yang tak kalah menterengnya dibanding Mataram.

Babad Tanah Jawi menulis begini:

"Walaupun dicegah oleh keluarganya, Adipati Pati tetap berontak.

Karena itu, dikirimkan olehnya seorang utusan ke Mataram untuk meminta hak pengurusan atas semua tanah pedesaan di sebelah utara Pegunungan Kendeng, dan juga meminta 100 tombak.

Senopati memberikan semuanya, kecuali sarungnya, dan itu berarti perang."

Setelah itu sang utusan kembali.

Mendapat jawaban seperti itu, Adipati Pragola, penguasa Pati, langsung memerintahkan pasukannya melintasi perbatasan.

Dia menaklukkan semua penduduk desa di sebelah utara Pegunungan Kendeng.

Semua menyerah, kecuali Demak, yang mempersenjatai diri dan bentengnya.

Setelah punya cukup banyak tentara, Adipati Pragola bergerak menuju Mataram.

Di sepanjang perjalanan dia menyuruh pasukannya menjarah dan menaklukkan semua desa.

Adipati Pajang yang mendengar kampanye Pragola kemudian melapor kepada Mataram.

Senopati lalu mengirim Putra Mahkotanya, Raden Mas Jolang, dengan perintah:

"Apabila terdesak boleh memakai senjata; dengan harapan masalah dapat diselesaikan dengan damai."

Putra Mahkota kemudian bergerak menuju Prambanan.

Sebagai informasi, Raden Mas Jolang, kelak bergelar Anyakrawati, adalah keponakan Adipati Pragola sendiri.

Ibu Mas Jolang, permaisuri Panembahan Senopati, Kanjeng Ratu Mas, adalah saudara Adipati Pragola.

Menurut Babad Tanah Jawi, ketika Adipati Pragola tahu bahwa yang diutus Mataram adalah Putra Mahkota alias keponakannya sendiri, dia malu dan jengkel.

Pragola sejatinya sangat ingin bertemu Senopati untuk adu kekuatan.

Dia ingin menentukan siapa yang paling tidak terkalahkan.

Konon katanya, sekuat tenaga Putra Mahkota berusaha melukai pamannya, niscaya dia tak pernah kuasa.

Sebaliknya, dengan sekali pukul menggunakan pangkal tombaknya, Pragola mudah saja menjatuhkan Mas Jolang dari pelana kudanya.

Setelah mengalahkan pasukan Mas Jolang, Pragola meninggalkan Prambanan.

Dia kemudian mendirikan benteng pertahanan di Dengkeng--sekarang masuk wilayah Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.

Sementara itu, informasi yang sampai ke Mataram ternyata berbeda.

Senopati lalu bilang kepada istrinya, bahwa Pragola telah menusuk keponakannya dengan tombak.

Kanjeng Ratu Mas geram, dia bilang:

"Kalau begitu, saya tidak berkeberatan jika ia dibunuh, karena ia orang jahat."

Senopati lalu berangkat ke medan pertempuran dengan naik kuda--tujuannya benteng pertahanan Pragola.

Senopati sempat istirahat sebentar di Prambanan sebelum melanjutkan perjalanan.

Sesampainya di luar pertahanan Pragola, pasukan Mataram berteriak-teriak, canang Ki Bicak dipukul hingga bertalup-talu.

Menggunakan keris Kiai Culik, Adipati Mandaraka alias Ki Juru Martani, berhasil mematahkan tiga pohon kelapa pagar benteng.

Senopati lalu menembus benteng itu menggunaka kudanya.

Pragola melarikan diri ke Pati, sedangkan Dengkeng dibanjiri lahar dari letusan gunung.

Di Pati, Pragola langsung mengumpulkan para bupati di sekitarnya, tapi Senopati mudah saja menghancurkan persekutuan tersebut.

Pemberontakan Pati pun berhasil dipadamkan.

Artikel Terkait