Find Us On Social Media :

Gejalanya Diklaim Kini Terjadi pada Sule, Penyakit Lina Jubaedah Ini Ternyata Memang Sangat Mematikan

By Ade S, Selasa, 16 Mei 2023 | 16:03 WIB

Apa sebenarnya penyakit yang diderita Lina Jubaedah menjelang kematiannya, yang kini disebutkan gejalanya dialami oleh Sule?

Intisari-Online.com - Komedian Sule baru-baru ini dikabarkan mengalami sakit kepala dan pusing yang hebat.

Gejala ini diklaim sama dengan yang dialami oleh mantan istrinya, Lina Jubaedah, sebelum meninggal dunia pada 4 Januari 2020.

Lalu, apa sebenarnya penyakit yang diderita Lina Jubaedah yang sempat disebut meninggal karena diracun atau disantet?

Simak penjelasannya berikut ini.

Sule sakit

Belakangan ini, Sule jarang muncul di layar kaca dan lebih aktif mengelola konten YouTube bersama keempat anaknya.

Namun, belakangan dikabarkan bahwa sule mendadak jatuh sakit. Hal ini diketahui melalui sebuah video yang tayang di kanal YouTube Putri Delina, salah seorang anaknya.

"Tadi aku dapat kabar di group katanya ayah (Sule) tiba-tiba sakit," ujar Putri Delina, pada tanggal 9 Mei 2023, seperti dilansir dari palembang.tribunnews.com.

Ternyata, Sule mengalami gejala yang mirip dengan yang dialami oleh Lina Jubaedah sebelum meninggal dunia, yaitu menggigil.

Hal ini membuat Putri Delina khawatir karena ia masih trauma dengan kepergian ibunya.

"Ngomongnya bilangnya menggigil kayak mamah, ya aku jadi panik kan," kata Putri Delina.

Baca Juga: Ki Joko Bodo Meninggal Dunia Punya Riwayat Darah Tinggi, Ini Gejala Penyakit Hipertensi 

Penyebab kematian Lina Jubaedah

Lalu, apa sebenarnya penyakit yang diidap oleh Lina Jubaedah, istri Sule, sebelum kematiannya?

Benarkah karena dirinya diracun atau bahkan disantet seperti yang dituduhkan oleh Rizky Febrian?

Seperti diketahui, Lina Jubaedah adalah mantan istri komedian Sule yang meninggal dunia pada 4 Januari 2020.

Awalnya, ada kejanggalan dalam kematian Lina karena terdapat luka lebam di tubuhnya.

Anak Lina, Rizky Febian, melaporkan dugaan pembunuhan berencana kepada polisi. Polisi kemudian melakukan otopsi jenazah Lina untuk mengungkap penyebab kematian.

Hasil otopsi dan laboratorium forensik menunjukkan bahwa Lina meninggal bukan karena kekerasan maupun racun di dalam tubuhnya.

Tetapi akibat penyakit yaitu adanya gambaran penyakit hipertensi kronis dan luka pada selaput lendir lambung.

"Adanya penyakit hipertensi kronis dan adanya tukak atau luka pada selaput lendir lambung," ujar Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Jabar Kombes Ppol Saptono Erlangga seperti dilansir dari kompas.com.

Hipertensi kronis adalah tekanan darah tinggi yang berlangsung lama dan dapat menyebabkan kerusakan pada organ tubuh. 

Menurut keterangan dokter yang menangani Lina semasa hidupnya, hipertensi yang diderita Lina sudah terdeteksi ketika ia melahirkan anak bungsunya secara normal.

Baca Juga: 3 Mitos Seputar Daging Qurban Kambing saat Idul Adha yang Tidak Harus Anda Percayai 

Dokter menyarankan Lina untuk melahirkan secara caesar, tetapi Lina bersikeras melahirkan secara normal.

Hipertensi kronis

Hipertensi kronis terbagi menjadi hipertensi primer dan hipertensi sekunder. Hipertensi primer tidak diketahui penyebabnya dengan pasti, sedangkan hipertensi sekunder dapat terjadi akibat beberapa faktor, seperti penyakit ginjal, sleep apnea, dan kecanduan alkohol.

Gejala hipertensi kronis bervariasi pada masing-masing individu dan hampir sama dengan penyakit lainnya.

Namun, gejala yang umum terjadi adalah pusing, sakit kepala, sesak napas, nyeri dada, jantung berdebar, gelisah, penglihatan kabur, mudah lelah, mual, muntah, kecemasan dan kebingungan, telinga berdengung, mimisan.

Bahaya hipertensi kronis adalah dapat meningkatkan risiko terjadinya komplikasi yang mengancam nyawa, seperti gagal jantung, penyakit ginjal, stroke, aneurisma aorta (pecahnya pembuluh darah besar), retinopati (kerusakan pada pembuluh darah mata), demensia (penurunan fungsi otak), dan disfungsi ereksi.

Cara menangani hipertensi kronis adalah dengan mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat dan mengonsumsi obat antihipertensi jika diperlukan.

Gaya hidup sehat yang dapat dilakukan antara lain adalah menjaga berat badan ideal, mengonsumsi makanan sehat seperti sayur-sayuran, buah-buahan, biji-bijian dan susu rendah lemak; mengurangi garam dan kafein; meningkatkan asupan kalium; berhenti merokok; menghindari alkohol; berolahraga secara rutin; dan mengelola stres.

Obat antihipertensi yang dapat diresepkan oleh dokter antara lain adalah ACE inhibitor (memblokir produksi hormon angiotensin II yang menyempitkan pembuluh darah), ARB (menghambat efek hormon angiotensin II), diuretik (membuang kelebihan cairan dan garam dari tubuh), beta blocker (mengurangi denyut jantung dan beban kerja jantung), kalsium channel blocker (mengendurkan otot pembuluh darah), dan vasodilator (melebarkan pembuluh darah).

Baca Juga: Jadi Ancaman Berbahaya Jelang Kembali Bekerja, Rupanya Begini Cara Mudah Turunkan Kolesterol dan Hipertensi, yang Lebaran Kemarin Doyan Makan-makan Wajib Banget Baca Ini