Penulis
Intisari-Online.com -Gunung Everest, puncak tertinggi di dunia yang menjadi impian para pendaki.
Namun di balik keindahan dan tantangannya, gunung ini juga menyimpan misteri dan bahaya.
Salah satunya adalah suara aneh yang terdengar di ketinggian lebih dari 8.000 meter.
Suara ini sempat disalahkan pada jasad-jasad abadi, mayat-mayat pendaki yang tak pernah bisa dievakuasi.
Siapa sebenarnya mereka dan apa kisah di baliknya? Simak artikel berikut untuk mengetahui lebih lanjut.
Suara Misterius di Gunung Everest
Gunung Everest, puncak tertinggi di dunia yang berada di Nepal, menyimpan banyak misteri dan tantangan bagi para pendaki.
Selain cuaca ekstrem dan risiko kematian, gunung ini juga mengeluarkan suara-suara misterius yang terdengar setiap malam.
"Kami mendengar ledakan keras ini," ujar ahli glasiologi atau ilmu tentang gletser dan es, sekaligus penulis utama studi, Evgeny Podolskiy, seperti dilansir dari Daily Mail, Senin (8/5/2023).
"Kami memperhatikan bahwa gletser kami meledak, atau meledak dengan (suara) retakan di malam hari," lanjut Podolskiy.
Namun, para ahli telah berhasil memecahkan misteri tersebut dengan melakukan penelitian seismik glasial di Himalaya.
Mereka menemukan bahwa suara-suara itu berasal dari bongkahan gletser yang retak dan bergeser akibat perubahan suhu.
Menurut Evgeny Podolskiy, seorang ahli glasiologi yang terlibat dalam penelitian tersebut, gletser di Gunung Everest sangat sensitif terhadap fluktuasi suhu harian.
Saat siang hari, suhu udara naik dan menyebabkan gletser meleleh sedikit. Saat malam hari, suhu udara turun dan menyebabkan gletser membeku kembali.
Proses ini menciptakan tekanan dan tegangan di dalam gletser yang akhirnya melepaskan energi dalam bentuk suara-suara misterius itu.
Podolskiy mengatakan bahwa fenomena ini mirip dengan suara retakan es di dalam gelas minuman.
Jasad-jasad abadi yang dijadikan kambing hitam
Sebelum penemuan yang disampaikan olehEvgeny Podolskiy, banyak orang yang mengaitkan suara-suara misterius di gunung everest dengan hal-hal mistis.
Terlebih, gunung dengan ketinggian 8.848 meter di atas permukaan laut tersebut memang telah merenggut 300 nyawa pendakinya.
Beberapa di antaranya bahkan masih tergeletak di sepanjang jalur pendakian Gunung Everest.
Baca Juga: Asmujiono: Sosok Prajurit Kopassus 'Cebol' yang Gapai Puncak Everest
Jasad-jasad tersebut bak menjadi pengingat bagi para pendaki yang melintasi mereka.
Menariknya, beberapa jasad tersebut memiliki kisah unikdari mereka yang tak pernah kembalidari Everest untuk selamanyatersebut.
Berikut ini beberapa di antaranya (lengkap dengan foto-fotonya):
5.George Mallory dan Sandy Irvine
Mendaki Everest pada 1924, George Mallory dan Sandy Irvine (Inggris) menghilang selama 75 tahun.
Mayat Mallory baru ditemukan pada 1999, sementara Irvine masih belum terlacak hingga kini.
4. Maurice Wilson
Seorang mistikus, tentara Inggris dan pilot bernama Maurice Wilson (Inggris) berencana menerbangkan pesawat ke lereng atas Everest dan mendaki ke puncak pada 1934.
Namun rencana ini ditolak oleh pihak berwenang. Wilson lalu terbang ke India dan mendekati Gletser Rombuk di Everest dengan peralatan seadanya.
Dia kembali dalam keadaan pergelangan kaki bengkok, buta, dan kelelahan sebelum terlalu jauh. Mayatnya ditemukan tahun 1935 bersama buku harian yang mendokumentasikan ekspedisinya.
3. Hannelore Schmatz dan Ray Genet
Dalam perjalanan turun dari Everest pada 1979, Hannelore Schmatz dan Ray Genet (Jerman) memutuskan untuk bermalam di camp dalam kantong tidur tanpa penutup kepala.
Badai salju kemudian terjadi dan Ray meninggal karena hipotermia. Hannelore pun menyerah kelelahan hanya sekitar 330 kaki dari perkemahan.
2. Karl Gordon Henize
Seorang profesor dan ilmuwan NASA, Karl Gordon Henize, mengambil cuti pada 1993 untuk mendaki Everest. Dia ingin menguji alat NASA untuk radiasi di tempat berbeda guna mempelajari efek pada jaringan tubuh manusia.
Namun pada hari kedua, Henize mengalami kegagalan paru-paru. Dia tidak dapat turun dari gunung dan meninggal pada ketinggian 18.000 kaki.
1.Francys Arsentiev
Francys Arsentiev mendaki bersama suaminya pada 1998, namun ketika suaminya berhenti di camp, Francys melanjutkan perjalanan sendiri tanpa suplemen oksigen.
Sehari kemudian, suaminya menemukan jasad istrinya telah membeku dengan membawa oksigen serta obat-obatan.
Baca Juga: Nepal Alami Situasi Covid-19 seperti di India, China Hentikan Pendakian ke Gunung Everest