Find Us On Social Media :

Capek-capek Dibesarkan Sultan Agung, Mataram Islam Pecah Karena Ambisi Anak-cucunya

By Moh. Habib Asyhad, Minggu, 30 April 2023 | 09:17 WIB

Setelah Sultang Agung mangkat, kondisi Mataram Islam tak baik-baik saja. Puncaknya adalah Perjanjian Giyanti, mengakibatkan kesultanan pecah jadi dua: Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta.

Namun Raden Said sebagai keponakan meminta haknya sebagai pewaris takhta Mataram yang diduduki oleh pamannya sendiri dengan alasan bahwa ayah Raden Mas Said, Pangeran Arya Mangkunegara merupakan putra sulung dari Amangkurat IV.

Sementara alasan tahta jatuh ke tangan Pakubuwana II adalah karena Pangeran Arya Mangkunegara dikenal sering menentang kebijakan VOC sehingga harus diasingkan ke Srilangka hingga meninggal dunia.

Selain itu, pertikaian juga dipicu oleh keputusan Pakubuwana II memindahkan ibu kota kerajaan dari dari Kartasura ke Surakarta pada 17 Februari 1745

Keraton Kartasura dipindahkan karena hancur akibat adanya pemberontakan yang dipimpin Mas Garendi atau Sunan Kuning pada 1742.

Hal ini semakin memperkuat Raden Mas Said ingin merebut tahta Mataram Islam dari pamannya Pakubuwana II yang bekerjasama dengan Pangeran Mangkubumi untuk merebut tahta Mataram Islam dari Pakubuwana II yang dibantu oleh VOC.

Maka ketika Pakubuwana II wafat pada 20 Desember 1749, Pangeran Mangkubumi memanfaatkan kekosongan pemerintahan untuk mengangkat dirinya sebagai raja baru Mataram Islam.

VOC tidak mau mengakui Pangeran Mangkubumi sebagai penguasa dari Mataram Islam karena sebelum Pakubuwana II wafat ia memberikan wewenang pengangkatan raja baru kepada VOC.

Situasi memanas ketika VOC mengangkat putra Pakubuwana II, Raden Mas Soerjadi menjadi raja Mataram Islam dengan gelar Pakubuwana III.

Raden Mas Said dan Pangeran Mangkubumi kemudian kembali melancarkan serangan pada VOC dan Pakubuwana III.

Untuk mengatasi serangan dari Raden Mas Said dan Pangeran Mangkubumi, VOC kemudian menyusun siasat adu domba antara kedua tokoh tersebut.

VOC mengirimkan utusan khusus untuk menghasut Raden Mas Said agar berhati-hati terhadap Pangeran Mangkubumi yang bisa mengkhianatinya.

Politik adu domba yang dilancarkan VOC membuahkan hasil, karena pada 1752 terjadi perselisihan antara Pangeran Mangkubumi dan Raden Mas Said.