Intisari-online.com - Raja Mataram Islam, Amangkurat I, dikenal sebagai sosok yang memiliki banyak selir dari berbagai daerah di Jawa.
Salah satu selir yang paling dicintainya adalah Ratu Mas Malang.
Kemudian diangkat menjadi permaisuri dengan gelar Ratu Wetan.
Namun, kisah cinta mereka tidak berjalan mulus.
Ratu Mas Malang harus menghadapi berbagai intrik dan musibah yang akhirnya menewaskannya.
Makamnya pun menjadi saksi bisu dari kisah tragis selir raja Mataram Islam di Istana Kematian Gunung Kelir.
Ratu Mas Malang sebelumnya adalah istri dari Ki Panjang Mas atau Dalang Panjang, seorang seniman wayang kulit yang terkenal di Mataram.
Amangkurat I tertarik pada kecantikan dan suara merdunya Ratu Mas Malang.
Saat itu ia menyaksikan pertunjukan wayang kulit yang dibawakan oleh suaminya.
Amangkurat I kemudian memerintahkan untuk membunuh Ki Panjang Mas dan merebut istrinya.
Versi lain menyebutkan bahwa Ki Panjang Mas meninggal karena sakit dan Ratu Mas Malang kemudian dinikahi oleh Amangkurat I.
Ratu Mas Malang tidak diterima dengan baik oleh para selir dan abdi dalem lainnya di keraton.
Ia sering mendapat perlakuan buruk dan fitnah dari mereka yang iri dan dengki.
Bahkan, ada yang mencoba meracuninya agar ia tidak bisa melahirkan keturunan raja.
Namun, Ratu Mas Malang berhasil melahirkan seorang putra bernama Pangeran Purbaya, yang kelak menjadi Adipati Mataram II.
Pada tahun 1665, Ratu Mas Malang meninggal dunia karena diracun oleh salah satu selir raja.
Amangkurat I sangat bersedih atas kematian permaisurinya.
Ia menemani jenazahnya selama dua minggu sebelum dimakamkan di Gunung Kelir, sebuah bukit di wilayah Pleret, Bantul.
Di sana, Amangkurat I membangun sebuah kompleks makam yang diberi nama Antaka Pura atau Istana Kematian.
Selain makam Ratu Mas Malang, di kompleks itu juga terdapat makam Ki Panjang Mas dan beberapa abdi dalem keraton.
Makam Ratu Mas Malang dan Ki Panjang Mas berada di puncak bukit yang dapat dicapai dengan menaiki tangga batu sebanyak 99 anak tangga.
Makam-makam tersebut dibuat dari batu andesit dengan ukiran bunga teratai dan naga.
Baca Juga: Alasan Perlawanan Sultan Agung dari Mataram Islam Terhadap VOC Belum Berhasil
Di depan makam Ratu Mas Malang terdapat sebuah gapura berbentuk paduraksa dengan ukiran kaligrafi Arab yang berisi doa untuk almarhumah.
Di samping makam terdapat sebuah sumur tua yang konon merupakan sumber air wudhu bagi para peziarah.
Makam Ratu Mas Malang dan Ki Panjang Mas telah ditetapkan sebagai cagar budaya oleh Pemerintah Daerah DIY sejak tahun 2019.
Kompleks makam tersebut menjadi salah satu situs sejarah yang menyimpan kisah pilu dari dendam asmara Amangkurat I dan selir tercantiknya.