Find Us On Social Media :

Kisah Cinta Prabu Brawijaya V dan Siu Ban Ci, Selir yang Melahirkan Musuh Majapahit

By Afif Khoirul M, Kamis, 13 April 2023 | 15:05 WIB

Ilustrasi - Siu Ban Ci, Selir terakhir Raja Majapahit yang lahirkan putra seorang Muslim.

Intisari-online.com - Majapahit memang pernah mengalami masa kejayaan di bawah pemerintahan Hayam Wuruk.

Namun sejak saat itu, kerajaan yang konon pernah menguasai beberapa wilayah di Asia Tenggara itu mulai melemah hingga runtuh.

Puncak keruntuhan kerajaan Majapahit adalah pada masa pemerintahan raja terakhirnya Prabu Brawijaya V.

Prabu Brawijaya V adalah raja terakhir Kerajaan Majapahit, yang memerintah dari tahun 1468 hingga 1478.

Ia adalah putra dari Prabu Bratanjung, dan memiliki banyak selir dan anak, di antaranya Raden Patah, Batara Katong, Arya Damar, dan Bondan Kejawen.

Prabu Brawijaya V menghadapi berbagai tantangan dan konflik selama masa pemerintahannya, baik dari dalam maupun dari luar kerajaan.

Salah satu konflik yang menimpa Prabu Brawijaya V adalah pemberontakan Raden Kusumawardhana, putra dari Prabu Girindrawardhana, raja Kediri yang pernah mengalahkan Majapahit pada tahun 1478.

Raden Kusumawardhana menuntut takhta Majapahit sebagai cucu dari Prabu Kertawijaya, raja Majapahit ke-11.

Ia juga didukung oleh Kesultanan Demak yang dipimpin oleh Raden Patah.

Raden Patah sendiri adalah putra dari Prabu Brawijaya V dengan salah satu selirnya yang bernama Siu Ban Ci.

Siu Ban Ci adalah perempuan Muslim asal China yang merupakan putri dari Syekh Bentong atau Tan Go Hwat, seorang saudagar dan ulama besar.

Baca Juga: Kisah Ra Tanca, Abdi Dalem yang Dieksekusi Dengan Cara Sangat Tragis Usai Bunuh Raja Majapahit di Dalam Istana

Siu Ban Ci datang ke Nusantara bersama ayahnya pada tahun 1416 M, menumpang armada Laksamana Cheng Ho.

Siu Ban Ci bertemu dengan Prabu Brawijaya V ketika ayahnya menghadap ke Majapahit untuk meminta izin berdagang di wilayah Keling.

Prabu Brawijaya V langsung jatuh cinta pada pandangan pertama kepada Siu Ban Ci, yang memiliki kecantikan dan kelembutan hati.

Ia pun meminta Syekh Bentong agar bersedia menyerahkan putrinya menjadi selirnya.

Syekh Bentong tidak menolak permintaan Prabu Brawijaya V, meskipun ia tahu bahwa sang raja sudah memiliki permaisuri bernama Dewi Amarawati atau Putri Champa.

Ia berharap bahwa pernikahan putrinya dengan Prabu Brawijaya V akan membawa berkah bagi penyebaran Islam di tanah Jawa.

Ia juga berpesan kepada putrinya agar tetap menjaga iman dan akhlaknya sebagai seorang Muslim.

Siu Ban Ci pun menjadi selir Prabu Brawijaya V dan tinggal di Puri Kanuruhan. Ia mendapatkan perlakuan istimewa dari sang raja, yang sangat mencintainya.

Namun, hal ini menimbulkan kecemburuan dari Dewi Amarawati, yang merasa tersaingi oleh Siu Ban Ci.

Apalagi Dewi Amarawati belum juga dikaruniai keturunan oleh Prabu Brawijaya V.

Dewi Amarawati pun meminta Prabu Brawijaya V untuk menceraikan dan meninggalkan Siu Ban Ci.

Baca Juga: Kuasai Industri Galangan Kapal, Armada Laut Majapahit Jadi Tak Tertandingi

Namun, Prabu Brawijaya V tidak bisa melakukannya karena ia sangat mencintai Siu Ban Ci.

Ia pun mencari jalan tengah dengan menitipkan Siu Ban Ci kepada Arya Damar, adipati Palembang yang merupakan saudaranya.

Saat itu, Siu Ban Ci sedang hamil tiga bulan.

Siu Ban Ci pun dibawa ke Palembang dengan tandu terbaik dari Puri Kanuruhan. Di Palembang, ia melahirkan seorang putra bernama Raden Patah.

Raden Patah dibesarkan oleh Arya Damar sebagai anak angkatnya. Ia juga mendapatkan pendidikan agama Islam dari Syekh Bentong dan Syekh Quro, kakek dan buyutnya.

Sementara itu, Prabu Brawijaya V terus memimpin Majapahit dengan penuh kesulitan.

Ia harus menghadapi pemberontakan dari beberapa daerah bawahannya, seperti Blambangan, Tuban, dan Gresik.

Ia juga harus menghadapi ancaman dari Kesultanan Malaka yang ingin menguasai Selat Malaka.

Bahkan harus berperang melawan Prabu Girindrawardhana, raja Kediri yang mengklaim sebagai pewaris sah Majapahit.

Pada tahun 1478 M, Prabu Girindrawardhana berhasil mengalahkan Prabu Brawijaya V dalam Pertempuran Bubat.

Prabu Brawijaya V terpaksa melarikan diri ke Gunung Lawu dan moksa di sana. Dengan demikian, Majapahit pun berakhir sebagai kerajaan besar di Nusantara.

Baca Juga: Sejarah Kelas X: Apakah Manfaat Belajar Sejarah Dari Cerita Panji?

Setelah kematian Prabu Brawijaya V, Raden Patah mengklaim sebagai raja Majapahit yang sah karena ia adalah putra tertua dari Prabu Brawijaya V.

Namun, klaim ini ditentang oleh Raden Kusumawardhana, putra dari Prabu Girindrawardhana.

Raden Patah pun memimpin pasukan Demak untuk menyerang Majapahit yang dikuasai oleh Raden Kusumawardhana.

Pada tahun 1527 M, Raden Patah berhasil mengalahkan Raden Kusumawardhana dalam Pertempuran Trowulan.

Ia pun membumihanguskan ibu kota Majapahit dan membawa banyak pusaka dan senjata ke Demak.

Dengan demikian, ia pun membalas dendam atas perlakuan Prabu Brawijaya V kepada ibunya, Siu Ban Ci.

Siu Ban Ci sendiri tidak diketahui nasibnya setelah ditinggalkan oleh Prabu Brawijaya V. Ada yang mengatakan bahwa ia meninggal di Palembang karena rindu kepada sang raja.

Ada juga yang mengatakan bahwa ia kembali ke China bersama ayahnya setelah melahirkan Raden Patah.

Yang pasti, Siu Ban Ci adalah salah satu tokoh penting dalam sejarah Nusantara, yang menjadi saksi atas pergantian zaman dari Hindu-Buddha ke Islam.

*Artikel ini dibuat dengan bantuan Ai