Penulis
Lagiun Mangkunegaraan dibentuk oleh Mangkunegara II dengan mewarisi semangat kemiliteran Pangeran Sambernyawa alias Mangkunegara I.
Intisari-Online.com- Salah satu terobosan hebat yang dilakukan Mangkunegara II adalah membentuk Legiun Mangkunegaran.
Kabarnya, pembentukan ini tak lepas dari tradisi kemiliteran yang diletakkan oleh Pangeran Sambernyawa alias Mangkunegara I.
Apa hebatnya satuan militer ini?
Kabarnya,Legiun Mangkunegaran merupakan salah satu kesatuan militer terbaik dan termodern di Asia pada awal abad ke-19.
Pasukan ini dibentuk oleh Mangkunegara II, penguasa Praja Mangkunegaran, pada tahun 1808 dengan mengadopsi model militer Prancis yang dipimpin oleh Napoleon Bonaparte.
Seperti disebut di awal, Legiun Mangkunegaran merupakan kelanjutan dari tradisi kemiliteran yang dimulai oleh pendiri Praja Mangkunegaran, yaitu Mangkunegara I atau Pangeran Sambernyawa.
Pangeran Sambernyawa adalah seorang pemberontak yang melawan kekuasaan Mataram dan VOC pada abad ke-18.
Dia berhasil mempertahankan wilayahnya di Surakarta dengan bantuan pasukan gerilya yang terdiri atas 12 kesatuan berpengalaman, 22 unit infanteri, kavaleri, dan artileri.
Mangkunegara II, putra Pangeran Sambernyawa, mewarisi pasukan gerilya tersebut dan mengembangkannya menjadi Legiun Mangkunegaran.
Pembentukan Legiun Mangkunegaran dipengaruhi oleh situasi politik global pada masa itu, yaitu Perang Napoleon yang melibatkan Prancis dan sekutunya melawan Inggris dan musuh-musuhnya.
Perang ini juga berdampak pada Hindia Belanda, yang saat itu dikuasai oleh Prancis melalui Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels.
Daendels adalah seorang jenderal Prancis yang ditugaskan Napoleon untuk mempertahankan Hindia Belanda dari serangan Inggris.
Daendels melakukan berbagai upaya untuk memperkuat pertahanan Jawa, seperti membangun jalan raya anyar, benteng-benteng, barak-barak, dan gudang-gudang senjata.
Daendels juga mencari bantuan dari kerajaan-kerajaan lokal di Jawa, salah satunya adalah Praja Mangkunegaran.
Daendels menetapkan pembentukan Legiun Mangkunegaran pada tanggal 29 Juli 1808 dan menunjuk Mangkunegara II sebagai komandan dari pasukan tersebut.
Legiun Mangkunegaran dibekali dengan persenjataan, taktik, organisasi, hingga penampilan fisik yang meniru Grande Armee, yaitu angkatan darat Prancis yang terkenal dengan kehebatannya.
Nama legiun sendiri juga diambil dari bahasa Prancis, yaitu Legionnaire, yang berarti pasukan bala tentara.
Legiun Mangkunegaran memiliki tugas utama untuk menghadapi pemberontakan rakyat dan sebagai cadangan pasukan Hindia Belanda.
Meskipun tidak menyukai Belanda, tetapi Mangkunegara II bersedia bekerja sama dengan Daendels karena ia mengagumi Napoleon dan berharap mendapatkan kemerdekaan dari VOC.
Selain itu, Legiun Mangkunegaran juga mendapatkan pendanaan dan perlengkapan dari pemerintah Prancis.
Legiun Mangkunegaran terdiri dari sekitar 1.250 prajurit yang dibagi menjadi empat batalion infanteri dan satu eskadron kavaleri.
Setiap batalion infanteri terdiri dari empat kompi dengan masing-masing 80 prajurit.
Setiap kompi terdiri dari dua peleton dengan masing-masing 40 prajurit.
Setiap peleton terdiri dari dua seksi dengan masing-masing 20 prajurit.
Legiun Mangkunegaran tidak hanya menjadi pasukan cadangan Hindia Belanda, tetapi juga terlibat dalam berbagai pertempuran penting dalam sejarah Indonesia.
Salah satu pertempuran yang paling terkenal adalah Pertempuran Grobogan pada tahun 1812, ketika Legiun Mangkunegaran berhasil mengalahkan pasukan Inggris yang dipimpin oleh Thomas Stamford Raffles.
Pertempuran ini menunjukkan keberanian dan kemampuan Legiun Mangkunegaran dalam menghadapi musuh yang lebih kuat dan lebih banyak.
Legiun Mangkunegaran juga berperan dalam mempertahankan kedaulatan Praja Mangkunegaran dari ancaman Belanda maupun Mataram.
Pasukan ini sering kali menjadi penengah dalam konflik antara kedua pihak, seperti pada tahun 1825-1830 ketika terjadi Perang Jawa antara Pangeran Diponegoro dan Belanda.
Legiun Mangkunegaran berusaha untuk menjaga keseimbangan kekuatan dan mencegah perluasan wilayah Belanda di Jawa.
Legiun Mangkunegaran juga terlibat dalam berbagai ekspedisi militer di luar Jawa, seperti di Aceh, Bangka, Kalimantan, dan Sulawesi.
Pasukan ini membantu pemerintah kolonial dalam menumpas pemberontakan rakyat, menangkap bajak laut, dan mengamankan wilayah-wilayah strategis.
Legiun Mangkunegaran mendapatkan penghargaan dan penghormatan dari Belanda atas jasa-jasanya.
Legiun Mangkunegaran tidak hanya aktif di masa kolonial, tetapi juga di masa kemerdekaan Indonesia.
Pasukan ini terlibat dalam Perang Dunia II ketika pendudukan Jepang.
Pasukan ini berperan sebagai pasukan artileri udara, pertahanan udara, maupun garnisiun. Pasukan ini juga terlibat dalam pertempuran melawan Jepang sebagai bagian dari KNIL.
Legiun Mangkunegaran akhirnya dibubarkan pada tahun 1942 setelah Jepang berhasil menguasai Jawa.
Sebagian besar prajuritnya kemudian bergabung dengan Tentara Keamanan Rakyat (TKR), cikal bakal Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Legiun Mangkunegaran meninggalkan warisan kemiliteran yang berharga bagi Indonesia.
Pasukan ini menjadi inspirasi bagi generasi-generasi selanjutnya dalam mempertahankan tanah air dari segala bentuk penjajahan.