Find Us On Social Media :

Misteri Kerajaan Salakanegara, Kerajaan Pertama di Indonesia yang Didirikan oleh Bangsawan India

By Afif Khoirul M, Selasa, 21 Maret 2023 | 19:15 WIB

Ilustrasi - Kerajaan Salakanagara.

Intisari-online.com - Salakanegara adalah nama kerajaan yang mungkin tidak terlalu familiar bagi sebagian besar orang.

Padahal, menurut naskah Wangsakerta yang merupakan bagian dari Naskah Wangsakerta, kerajaan ini merupakan kerajaan tertua di Nusantara.

Kerajaan yang didirikan pada abad ke-2 Masehi oleh Dewawarman I, seorang bangsawan dari India.

Namun, keberadaan kerajaan ini masih menjadi misteri karena tidak ada bukti fisik atau arkeologis yang dapat memastikannya.

Hanya ada beberapa catatan sejarah dan cerita rakyat yang menyebutkan tentang Salakanegara sebagai cikal bakal suku Sunda dan leluhur dari beberapa kerajaan lain di Jawa Barat.

Salakanegara didirikan oleh Dewawarman I yang merupakan seorang bangsawan dari India yang datang ke Nusantara sebagai duta perdagangan.

Ia menikahi putri dari Aki Tirem, penguasa kampung Teluk Lada, dan kemudian menggantikannya sebagai raja setelah ia meninggal pada tahun 130 Masehi.

Dewawarman I menjadi raja pertama Salakanegara dengan gelar Prabu Darmalokapala Dewawarman Aji Raksa Gapuran.

Ia memerintah selama 38 tahun dan meninggalkan seorang putra bernama Dewawarman II yang meneruskan tahtanya.

Salakanegara memiliki hubungan baik dengan Dinasti Han di Cina yang merupakan salah satu kekuatan besar di Asia pada masa itu.

Menurut catatan sejarah Cina, utusan dari Salakanegara pernah dikirim ke istana kaisar Han pada tahun 132 Masehi dan 435 Masehi untuk menjalin kerjasama perdagangan dan diplomasi.

Baca Juga: Jejak Sejarah Puasa Ramadan di Nusantara: Dari Kerajaan Islam hingga Kemerdekaan

Selain itu, Salakanegara juga dikenal sebagai penghasil perak yang berkualitas tinggi.

Nama Salakanegara sendiri berasal dari kata “salaka” yang berarti perak dalam bahasa Sansekerta.

Salakanegara berdiri selama lebih dari dua abad dan mengalami beberapa pergantian raja.

Menurut naskah Wangsakerta, terdapat sebelas raja yang memerintah Salakanegara dari dinasti Dewawarman.

Salah satu raja yang terkenal adalah Dewawarman V yang bergelar Mahisa Suramardini Warmamdewi.

Ia adalah raja wanita pertama dan satu-satunya di Salakanegara yang memerintah pada tahun 251-276 Masehi.

Ia dikenal sebagai penguasa yang bijaksana dan adil serta berhasil mempertahankan kedaulatan kerajaannya dari serangan musuh-musuhnya.

Keruntuhan kerajaan Salakanegara adalah salah satu misteri yang belum terpecahkan secara pasti.

Namun, berdasarkan beberapa sumber sejarah, ada beberapa kemungkinan penyebab runtuhnya kerajaan ini. Berikut adalah beberapa di antaranya:

Penaklukan oleh kerajaan Tarumanegara. Menurut naskah Wangsakerta, Salakanegara ditaklukkan oleh Tarumanegara yang didirikan oleh Rajadirajaguru Jayasingawarman pada abad ke-4 Masehi.

Tarumanegara merupakan kerajaan baru di tanah Sunda yang lebih kuat dan maju dari Salakanegara.

Baca Juga: Salah Satunya Hanya Boleh Dimiliki dalam Bentuk Replika, Inilah 7 Peninggalan Kerajaan Kutai

Peperangan dengan kerajaan lain. Menurut catatan sejarah Cina, Salakanegara pernah terlibat dalam peperangan dengan kerajaan Funan (sekarang Kamboja) pada tahun 434 Masehi.

Peperangan ini mungkin melemahkan kekuatan militer dan ekonomi Salakanegara sehingga mudah ditakluk oleh musuh-musuhnya.

Bencana alam atau wabah penyakit. Menurut cerita rakyat, Salakanegara mengalami bencana alam berupa banjir besar atau gempa bumi yang menghancurkan ibu kotanya dan menenggelamkan sebagian wilayahnya di bawah laut.

Bencana ini mungkin menyebabkan kematian massal dan kekacauan sosial di kalangan rakyat Salakanegara sehingga menyebabkan keruntuhan peradaban mereka.

Selain itu, kemungkinan lain adalah adanya wabah penyakit yang menyebar luas dan memusnahkan penduduk Salakanegara.

Dari beberapa kemungkinan tersebut, tidak ada yang dapat dibuktikan secara ilmiah atau arkeologis hingga saat ini.

Oleh karena itu, keruntuhan kerajaan Salakanegara masih menjadi teka-teki sejarah.