Find Us On Social Media :

Nasib Anak Gundik yang Terlalu Gengsi Bergaul dengan Pribumi

By Muflika Nur Fuaddah, Kamis, 23 Februari 2023 | 14:54 WIB

(Ilustrasi) Kelompok Indo-Eropa menjadi asing di antara 2 budaya.

Intisari-Online.com - Fenomena pernyaian dimulai pada awal pemerintah kolonial Belanda yaitu awal abad ke -19.

Tepatnya yakni ketika jumlah perempuan Eropa sangat sedikit jumlahnya dibandingkan jumlah prianya.

Nyai sendiri merupakan perempuan yang dipelihara oleh pejabat kolonial atau swasta-swasta Belanda yang kaya.

Mereka menjalani hidup seperti itu dikarenakan terpaksa karena faktor kemiskinan yang dideritanya.

Namun, tidak semua nyai buruk dan bodoh.

Di mata rakyat jelata, nyai sudah tidak dianggap sebagai bagian dari mereka.

Kebencian terpendam di kalangan rakyat mengenai kulit putih, membuat para nyai ini terpaksa ikut menanggung kebencian bangsanya, karena dianggap pengkhianat.

Seorang nyai kehilangan ikatan-ikatan primordialnya antara lain ikatan kerabat, ikatan desa, ikatan religious dan lain sebagainya.

Kalau di satu pihak nyai menikmati kesejahteraan material, di pihak lain alinasi yang terus-menerus dialami menimbulkan keresahan batin.

Suatu kenyataan ialah bahwa status seorang gundik tetap rendah di kedua “dunia” itu.

Baca Juga: Kisah Gundik Pribumi yang Semakin Cantik Malahan Bernasib Buruk