Find Us On Social Media :

Gundik Pribumi Melahirkan Nyai 'Indo' di Barak Militer, Statusnya Lebih Tinggi?

By Muflika Nur Fuaddah, Senin, 26 Desember 2022 | 17:28 WIB

(Ilustrasi) Hubungan serdadu militer dengan gundik perempuan pribumi pun sederhana dan dapat diakhiri kapan saja.

Intisari-Online.com - Sejak kedatangan orang Belanda pertama kali ke Hindia Timur pada abad ke-17, gundik sudah menjadi semacam kebutuhan.

Persoalan pergundikan memang bukan sesuatu yang baru. 

Namun baru pada pemerintahan J.P. Coen, sebagai Gubernur Jenderal kedua VOC, ia mengajukan kepada Heeren XVII, agar dikirimkan wanita dari Belanda.

Hal itu menurutnya perlu lantaran kebutuhan biologis para serdadu juga ada kaitannya dengan persoalan politik dan ekonomi.

Permintaannya itu ditolak sehingga praktik pergundikan yang mayoritas diisi oleh wanita pribumi semakin merajalela.

Adapun alasan penolakan itu ada beberapa hal, salah satunya yakni dikarenakan pasangan keluarga yang datang ke Hindia dikhawatirkan hanya akan bertujuan memperkaya diri.

Eksploitasi atas Hindia Belanda yang subur dan besar tidak mungkin dilakukan tanpa penempatan militer bagi banyak negara besar

Maka dibentuklah Koninklijke Nederlands(ch)-Indische Leger atau KNIL.

KNIL adalah tentara kerajaan Hindia Belanda yang didirikan Belanda tahun 1830.

Tujuan dibentuknya KNIL adalah untuk mengawasi dan mengontrol wilayah jajahan.

Namun ada yang menarik dengan kehidupan antara serdadu dengan perempuan-perempuan yang tinggal dalam tangsi militer.

Baca Juga: Kisah Pria Tukang Koleksi Gundik Cantik dari Berbagai Macam Etnik

Mantan Perwira KNIL, S.E.W. Roorda van Eysinga menyebutkan bahwa keadaannyan sangat memprihatikan.

Hubungan badan di dalam barak militer selayaknya hewan.

Mereka melakukan hubungan seksual dalam tangsi tanpa sekat-sekat yang menutup di setiap tempat tidur.

Ratusan prajurit tidur bersama gadis atau pembantu rumah tangga mereka di tempat tidur.

Di dalam tangsi militer terdapat juga nyai Indo, yaitu mereka yang lahir dari perkawinan seorang laki-laki Eropa dan perempuan pribumi.

Dapat dikatakan mereka adalah seorang nyai yang berasal dari pergundikan.

Bisa diprediksikan juga bahwa nantinya anak-anak dari hubungan pergundikannya dengan serdadu militer juga akan menjadi seorang gundik pula.

Biasanya seorang gundik Indo akan menjadi pasangan seorang perwira berpangkat rendah atau sejenisnya.

Maka kedudukannya akan lebih tinggi daripada gundik seorang serdadu.

Bagi seorang perempuan pribumi, menjadi seorang nyai merupakan sebuah dilema sosial tersendiri, mengingat mereka adalah seseorang yang berasal dari negara yang terjajah.

Seorang nyai harus melayani seorang kafir Eropa dan merendahkan diri mereka di depan bangsa sendiri serta harus terpaksa menempatkan diri di luar masyarakat pribumi.

Baca Juga: Pengembara dan Pencari Harta: Alasan Pergundikan Bukanlah Hubungan Perkawinan

Posisi mereka bukanlah seorang pelacur, walaupun seorang gundik dianggap rendah oleh masyarakat pribumi atau pun masyarakat Eropa.

Posisi seorang gundik adalah diantara perempuan biasa dan seorang pelacur.

Baca Juga: Kehidupan Gundik: Urusan Biologis Serdadu Tak Boleh Dikesampingkan, Jika Tak Mau Dikecam

(*)