Find Us On Social Media :

Gundik Pribumi Melahirkan Nyai 'Indo' di Barak Militer, Statusnya Lebih Tinggi?

By Muflika Nur Fuaddah, Senin, 26 Desember 2022 | 17:28 WIB

(Ilustrasi) Hubungan serdadu militer dengan gundik perempuan pribumi pun sederhana dan dapat diakhiri kapan saja.

Mantan Perwira KNIL, S.E.W. Roorda van Eysinga menyebutkan bahwa keadaannyan sangat memprihatikan.

Hubungan badan di dalam barak militer selayaknya hewan.

Mereka melakukan hubungan seksual dalam tangsi tanpa sekat-sekat yang menutup di setiap tempat tidur.

Ratusan prajurit tidur bersama gadis atau pembantu rumah tangga mereka di tempat tidur.

Di dalam tangsi militer terdapat juga nyai Indo, yaitu mereka yang lahir dari perkawinan seorang laki-laki Eropa dan perempuan pribumi.

Dapat dikatakan mereka adalah seorang nyai yang berasal dari pergundikan.

Bisa diprediksikan juga bahwa nantinya anak-anak dari hubungan pergundikannya dengan serdadu militer juga akan menjadi seorang gundik pula.

Biasanya seorang gundik Indo akan menjadi pasangan seorang perwira berpangkat rendah atau sejenisnya.

Maka kedudukannya akan lebih tinggi daripada gundik seorang serdadu.

Bagi seorang perempuan pribumi, menjadi seorang nyai merupakan sebuah dilema sosial tersendiri, mengingat mereka adalah seseorang yang berasal dari negara yang terjajah.

Seorang nyai harus melayani seorang kafir Eropa dan merendahkan diri mereka di depan bangsa sendiri serta harus terpaksa menempatkan diri di luar masyarakat pribumi.

Baca Juga: Pengembara dan Pencari Harta: Alasan Pergundikan Bukanlah Hubungan Perkawinan

Posisi mereka bukanlah seorang pelacur, walaupun seorang gundik dianggap rendah oleh masyarakat pribumi atau pun masyarakat Eropa.

Posisi seorang gundik adalah diantara perempuan biasa dan seorang pelacur.

Baca Juga: Kehidupan Gundik: Urusan Biologis Serdadu Tak Boleh Dikesampingkan, Jika Tak Mau Dikecam

(*)