Find Us On Social Media :

Apa Itu Aliran Wujudiyah yang Berkembang di Aceh Tapi Tidak Sesuai dengan Syekh Nuruddin?

By Mentari DP, Senin, 12 Desember 2022 | 12:30 WIB

Apa itu aliran wujudiyah yang berkembang di Aceh tapi tidak sesuai dengan Syekh Nuruddin?

Mula-mula Syekh Nuruddin mempelajari bahasa Melayu di Aceh, lalu memperdalam pengetahuan agama saat beribadah haji ke Makkah.

Peranan Syekh Nuruddin dalam perkembangan Islam di Nusantara tidak dapat diabaikan.

Dia berperan membawa tradisi besar Islam sembari mengurangi masuknya tradisi lokal ke dalam tradisi yang dibawanya.

Tanpa mengabaikan peran ulama lain yang lebih dulu menyebarkan Islam di wilayah ini, Syekh Nuruddin berupaya menghubungkan satu mata rantai tradisi Islam di Timur Tengah dengan tradisi Islam Nusantara.

Bahkan, Syekh Nuruddin merupakan ulama pertama yang membedakan penafsiran doktrin dan praktik sufi yang salah dan benar.

Sepulang dari Makkah dan baru tiba di Aceh, di wilayah tersebut telah berkembang luas aliran wujudiyah.

Aliran wujudiyah ini dianut dan dikembangkan oleh Syekh Hamzah Fansuri dan Syamsuddin as-Sumatrani.

Apa itu aliran wujudiyah?

Aliran wujudiyah berasal dari pemikiran dan ajaran panteisme Ibnu Arabi yang kemudian dianut dan dikembangkan oleh Hamzah Fansuri dan Syamsuddin As-Sumatrani.

Aliran wujudiyah ini mengacu kepada dua hal, yaitu kesatuan wujud Tuhan dengan makhluk dan perbedaan antara syariat dan hakikat.

Karena tidak cocok dengan aliran wujudiyah (salah satu aliran tasawuf), Syekh Nuruddin pindah ke Semenanjung Malaka untuk memperdalam ilmu agama dan bahasa Melayu.

Baca Juga: Di Negara-negara Mana Syekh Yusuf Belajar Kepada Ulama-ulama Terkemuka pada Tahun 1644?