Penulis
Intisari-Online.com – Pada masa awal Dinasti Liao, ada kebiasaan ketika seorang suami meninggal, maka jandanya harus dikubur hidup-hidup bersama mendiang suaminya di pemakamannya.
Namun, ada seorang janda yang tidak mau mengorbankan dirinya.
Dia adalah Janda Permaisuri Shulu Ping, yang legendaris menjadi pejuang yang terampil, ahli strategi militer yang brilian, dan politisi yang cakap.
Janda Permaisuri Shulu Ping terbukti menjadi pejuang sampai akhir.
Janda Permaisuri Shulu Ping lahir pada 19 Oktober 879 M.
Dari pihak ayahnya, dia adalah keturunan Uighur.
Orang-orang Uighur adalah orang-orang keturunan Turki yang hidup selama berabad-abad di China utara.
Ayahnya adalah Po Gu, pemimpin klan Yaonian, sementara ibunya adalah putri Raja Yongdesh dari Kerajaan Khitan.
Nama panggilan masa kecil Shulu Ping adalah Yueliduo.
Shulu Ping berusia empat belas tahun ketika dia menikah dengan Abaoji, yang adalah keponakan buyut ibunya dan cucu Raja Yongdesh.
Pada tahun 901 M, Abaoji adalah kepala suku Yila.
Pada tahun 903 M, Abaoji memimpin pasukan Khitan.
Pada tahun 907 M, Abaoji diangkat menjadi Raja Khitan dan Shulu Ping menjadi ratu.
Namun, Raja Abaoji mendeklarasikan dirinya sebagai Kaisar Kekaisaran Khitan.
Dia menjadikan Shulu Ping sebagai permaisuri dan menamainya Yingtian yang berarti ‘Permaisuri Bumi yang cemerlang sebagai tanggapan terhadap Surga’.
Karena Khitan tidak memiliki nama belakang, dia membuat nama keluarga permanen di Khitan.
Dia membuat nama belakangnya Yelu dan nama belakang Shulu Ping adalah Xiao.
Pada tahun 947 M, Kekaisaran Khitan berganti nama menjadi Dinasti Liao.
Permaisuri Yingtian melahirkan tiga putera.
Dia disebut sebagai pejuang yang sangat baik dan ahli strategi militer yang brilian, sering berkonsultasi dengan suaminya tentang masalah militer.
Mereka meluncurkan kampanye militer melawan barat laut.
Melansir History Royal Women, Permaisuri Yingtian memerintahkan perkemahannya sendiri yang terdiri dari dua ratus ribu kavaleri.
Dia menangkis serangan suku Shi Wei, sehingga dia mendapatkan rasa hormat dari orang-orang di barat laut.
Dinasti Khitan menjadi bangsa yang kuat dan dihormati, banyak panglima perang sering mencari aliansi mereka.
Li Sheng, Kaisar Dinasti Tang Selatan, mengiriminya minyak bumi yang dapat menyalakan api untuk kampanye militernya.
Namun, Permaisuri Yingtian menasihati suaminya agar tidak menggunakan minyak bumi karena sangat berisiko.
Mereka juga menjaga hubungan baik dengan Pangeran Li Keyoung, namun mereka menjadi musuh dengan putra Pangeran Li Keyoung, Li Cunxu, pendiri Dinasti Tang Akhir.
Pada tahun 922 M, Pangeran Li Cunxu menyerang negara bagian Zhengzhou, di mana Kaisar Abaoji memiliki kepentingan pribadi.
Permaisuri Yingtian menyarankan suaminya untuk tidak berperang demi Zhengzhou karena kekuatan militer Pangeran Li Cunxu.
Namun, kaisar Abaoji tidak mengindahkan nasihat istrinya dan mengalami kekalahan di tangan Pangeran Li Cunxu.
Permaisuri Yingtian juga merekomendasikan Han Yanhui, menjadi menteri Kaisar Abaoji yang paling cakap.
Han Yanhui mengadopsi sistem administrasi Dinasti Tang, menciptakan sistem perpajakan yang efisien, hingga menyelesaikan perselisihan di antara suku-suku.
Pada tahun 926 M, Kaisar Abaoji tiba-tiba jatuh sakit dan meninggal saat melancarkan pertempuan melawan Korea.
Di Khitan, merupakan kebiasaan bagi janda untuk dikubur hidup-hidup bersama almarhum suaminya pada pemakamannya.
Ketika pejabat memintanya untuk mati bersama suaminya, Permaisuri Yingtian memprotes dengan mengatakan, “Anak-anak saya masih kecil, dan negara tidak memiliki pemimpin.”
Kemudian, dia memotong tangan kanannya sendiri dan menguburnya di peti mati suaminya di pemakaman.
Para pejabat menganggap tangan kanan Permaisuri Yingtian sebagai pengganti yang cocok untuk pengorbanannya.
Dia kemudian disebut ‘Janda Permaisuri dengan tangan yang hilang’.
Setelah pengorbananannya itu, Janda Permaisuri Yingtian menjadi wali dari putra sulungnya, Yelu Bei.
Namun, Janda Permaisuri Yingtian lebih memilih putra keduanya, Yelu Deguang, sebagai Kaisar.
Dengan bantuan para menteri, dia berhasil menggulingkan Yelu Bei dan mengangkat Yelu Deguang Kaisar pada tahun 927 M.
Yelu Deguang dikenal sebagai Kaisar Taizong.
Yelu Bei meninggalkan Kekaisaran Khitan dan pindah ke Kekaisaran Tang Akhir di mana dia menjadi seorang pelukis dan penyair terkenal.
Kaisar Taizong hanyalah seorang kaisar boneka, dengan Janda Permaisuri Yingtian menjadi penguasa sebenarnya.
Dia membuat semua keputusan tentang masalah negara.
Janda Permaisuri Yingtian membuat keponakannya menikah dengan putra Kaisar Taizong, juga menasihati putranya tentang masalah militer.
Pada tahun 947 M, Kaisar Taizong meninggal setelah ia berhasil menginvasi kerajaan Dinasti Jin Akhir.
Dia digantikan oleh putra Yelu Bei bernama Yelu Wuyu, yang naik takhta sebagai Kaisar Shizong.
Janda Permaisuri Yingtian marah karena cucunya naik takhta dan ingin putra bungsunya, Yelu Lihu, menjadi Kaisar.
Dia mengobarkan perang saudara melawan Kaisar Shizong demi Yelu Lihu, tetapi akhirnya kalah.
Kaisar Shizong membuangnya dan Yelu Lihu ke Zuzhou (Balingzur modern di Mongolia Dalam), lalu ditempatkan di bawah tahanan rumah selama tujuh tahun smapai kematiannya pada 1 Agustus 953 M, ketika berusia 74 tahun.
Dia kemudian dimakamkan di samping suaminya Kaisar Abaoji di Mausoleum Zu.
Temukan sisi inspiratif Indonesia dengan mengungkap kembali kejeniusan Nusantara melalui topik histori, biografi dan tradisi yang hadir setiap bulannya melalui majalah Intisari. Cara berlangganan via https://bit.ly/MajalahIntisari