Find Us On Social Media :

Tradisi Pernikahan Jepang, Kimono Putih dengan Tudung Putih, Sembunyikan ‘Tanduk Cemburu’ pada Ibu Mertua

By K. Tatik Wardayati, Kamis, 29 September 2022 | 15:00 WIB

Tradisi pernikahan Jepang, kimono dan tudung putih pengantin wanita.

Sistem menyatakan bahwa pada awal keberadaan Jepang, dewa Shinto primordial Izanagi dan Izanami turun dari surga ke sebuah pulau yang baru dibuat di Bumi.

Mereka lalu mendirikan tempat tinggal dan melakukan upacara pernikahan untuk menandai persatuan mereka.

Dari persatuan ini, Izanami melahirkan pulau-pulau Jepang bersama dengan banyak dewa lainnya.

Maka, dewa dan dewi inilah yang menyaksikan pernikahan Anda dalam shizenshiki, jelas pendeta Shinto Toyohiko Ikeda.

Jelas Ikeda, “Koneksi adalah ide sentral dari sebuah kuil. Upacara kuil difokuskan pada hubungan, antarmanusia, antartempat. Jadi wajar jika upacara pernikahan dilakukan di kuil.”

Ikeda menjelaskan beberapa langkah dalam pernikahan kuil.

Pertama, bersihkan tangan dan mulut dengan air, ini berarti pembersihan hati dan tubuh, maka upacara dapat dimulai.

Pendeta lalu memimpin upacara penyucian, kemudian makanan dan alkohol dipersembahkan kepada para dewa.

Lalu, imam memimpin doa untuk memberitahu dewa pernikahan dan meminta perlindungan pasangan, dan kemudian sumpah diucapkan.

Setelah itu pasangan melakukan sansankudo, atau cangkir pernikahan, yang secara harfiah berarti ‘tiga-tiga-sembilan’.

Dalam ritual ini, pasangan minum tiga teguk sake masing-masing dari tiga cangkir.

Cangkir pertama, terkecil, mewakili masa lalu pasangan dan rasa terima kasih kepada leluhur mereka.