Find Us On Social Media :

Latar Belakang Pemberontakan PKI Madiun Tahun 1948, Diawali Jatuhnya Kabinet Amir Sjarifuddin

By Khaerunisa, Selasa, 13 September 2022 | 20:45 WIB

Amir Sjarifuddin digiring oleh aparat TNI setelah tertangkap pada November 1948 di Kudus, Jawa Tengah.

FDR ini terdiri dari PSI, PKI, PBI, Pesindo, dan SOBSI, dengan Amir Sjarifuddin sebagai pemimpinnya.

FDR memiliki dua basis kekuatan utama, yaitu TNI-Masyarakat dan SOBSI, yang merupakan organisasi buruh terbesar dengan hampir 300.000 anggota.

Kebencian FDR terhadap pemerintah semakin bertambah kala Hatta memulai program rasionalisasi dan memandang TNI-Masyarakat sebagai organisasi militer berhalun komunis yang tidak terlatih.

FDR mulai mencari dukungan dari para petani dan mendorong pemogokan buruh. Pemerintah pun marah dan menuding pemogokan sebagai tindakan yang membahayakan Republik.

Situasi Semakin Memanas setelah Kembalinya Musso. Musso adalah tokoh komunis senior Indonesia yang pernah belajar ke Uni Soviet, ia kembali dan membentuk badan baru yang terdiri dari partai-partai sayap kiri.

Mereka lantas melakukan perjalanan propaganda ke Jawa Tengah dan Jawa Timur untuk menyebarkan komunisme.

Peristiwa inilah yang dijadikan alasan untuk melancarkan kampanye anti-PKI dan melakukan penculikan perwira kiri.

Memasuki September 1948, pemerintah dan golongan sayap kiri melancarkan aksi saling culik.

Itulah latar belakang pemberontakan Madiun. Pemberontakan ini mencapai puncaknya pada 18 September 1948.

Saat itu, Madiun menjadi daerah yang tersisa sebagai benteng terakhir FDR, membuat pimpinan FDR lokal khawatir sehingga pecahlah pemberontakan ini.

Pada 18 September 1948 pukul 03.00 pagi, FDR Madiun mulai merebut pejabat pemerintah daerah, sentral telepon, dan markas tentara yang dipimpin oleh Sumarsono dan Djoko Sujono.

Hanya dalam hitungan jam, Madiun sepenuhnya sudah berhasil dikuasai FDR.