Tomegoro Yoshizumi yang awalnya seorang sayap kanan dan nasionalis Jepang yang antikomunis, menjadi seorang Marxis.
Idealisme kirinya tersebut membuatnya bersimpati pada Indonesia, dan menjadikannya tokoh kunci kemerdekaan Indonesia.
Yoshizumi yang mengepalai intelijen Kaigun, penghubung Angkatan Laut Jepang, membuat jaringan bawah tanah.
Dia melakukan pertemuan dengan Yoshizumi, Nishijima dan Tan Malaka di rumah Anmad Subardjo, setelah proklamasi kemerdekaan.
Tak hanya itu saja ia juga meminta dibaiat dengan nama Indonesia.
Kemudian namanya berubah, menjadi menjadi Arif untuk Yoshizumi, sementara Nishijima berubah menjadi Hakim.
Mereka melibatkan diri dalam perjuangan Indonesia untuk merdeka.
Seperti mencuri barang di gudang Markas Besar Kaigun Bukanfu dan menjualnya ke pasar gelap.
Uang tersebut kemudian diberikan kepada Tan Malaka untuk dana perang gerilya.