Intisari-Online.com - Ketika bom atom dijatuhkan di Jepang pada akhir Perang Dunia 2, era baru senjata nuklirmulai terjadi di seluruh dunia.
Saat itu, ada banyak yang percaya bahwa senjata nuklir digunakan untukmengakhiri perang.
Namun ada juga yangorang-orang yang terganggu oleh penggunaan senjatanuklir dan menentangnya.
Alsannya senjata nuklir bisa menyebabkan masalah kesehatan.
Di antaramereka yang menentang senjata nuklir adalah sekelompok ilmuwan dari Universitas St. Louis dan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Washington, yang bekerja dalam koordinasi dengan Komite Informasi Nuklir Warga Greater St. Louis.
Secara kolektif, mereka ingin menentukan efekmengerikansenjata nuklir pada manusia.
Untuk melakukannya, mereka mengumpulkan gigi susu anak-anak untuk melihat berapa banyak bahan radioaktif yang dikandungnya.
Dilansir darithevintagenews.com pada Sabtu (13/8/2022), setelahPerang Dunia 2 berakhir, pengujian senjata nuklir berlanjut yang semakin meningkatkan perhatian publik.
Satu tes pada tahun 1954 cukup kuatdengan kekuatan mencapai 15 juta ton TNT dan melapisi pulau-pulau sekitarnya dengan abu dan radiasi.
Saat pengujian berlanjut, perhatian tertuju satu isotop (unsur-unsur yang kembar dalam kimia) tertentu, yaitu strontium-90.
Ketika terjadi secara alami, strontium-90 tidak reaktif dan tidak beracun, tetapi ketika diproduksi sebagai hasil dari fisi nuklir, unsur kimia ini sangat berbahaya.
Kenapa gigi susu?
Survei Gigi Bayi menggunakan gigi susu untuk menentukan berapa banyak strontium-90 yang dikandungnya.
Alasannya bahwa isotop tersebut sangat berbahaya bagi bayi dan balita.
Dan tidak hanya gigi susu yang mudah diakses, tetapi jugakarena gigi ini menjadiyang akan paling terpengaruh oleh radiasi ini.
Ketika penelitian dimulai, lebih dari 400 tes atom telah dilakukan, dan kekhawatirannya adalah bahwa strontium-90 diserap oleh anak-anak melalui air dan susu.
St. Louis berada di lokasi yang unik untuk mengeksplorasi teori ini karena ada banyak uji coba nuklir yang terjadi di Nevada, dan dampaknya bertiup ke timur dan jatuh di lahan pertanian di sekitar kota melalui hujan.
Tim berangkat untuk menjawab apakah dampak radioaktif dari pengujian senjata nuklir diserap oleh anak-anak atau tidak.
Mereka memperoleh gigi untuk studi mereka dengan menjangkau sekolah-sekolah di St. Louisatau meminta anak-anak mengirimkannya.
Penelitian ini sukses dantim mengumpulkan lebih dari 320.000 gigi susu selama rentang 12 tahun proyek.
Studi tersebut, tanpa ragu, menunjukkan bahwa anak-anak menyerap strontium-90.
Tahap pertama penelitian menunjukkan bahwa ada lonjakan kadar isotop pada anak-anak yang lahir selama periode setelah dimulainya uji coba nuklir berat pada tahun 1953.
Mereka menemukan bahwa di antara anak-anak itu, tingkat tertinggi pada mereka yang telah diberi susu botol.
Mereka kemudian dapat membandingkan gigi anak-anak yang lahir pada tahun 1950 dengan anak-anak yang lahir pada tahun 1963, yang pertama lahir sebelum sebagian besar tes nuklir dilakukan, dan yang terakhir setelahnya.
Hasilnya mereka yang lahir pada tahun 1963 memiliki 50 kali lebih banyak strontium-90 di gigi mereka.