Find Us On Social Media :

Kalahkan Musuh dalam Duel di Atas Punggung Gajah, Inilah Kisah Raja Naresuan ‘Pangeran Hitam’ Thailand, Pahlawan Nasional yang Rebut Kemerdekaan Thailand dari Burma

By K. Tatik Wardayati, Kamis, 4 Agustus 2022 | 11:45 WIB

Raja Naresuan, 'Pangeran Hitam' Thailand, pahlawan nasional, yang membawa kemerdekaan Thailand dari Burma.

Intisari-Online.com – Kehidupan Naresuan diwarnai oleh persaingan antara Burma dan Thailand, yang kemudian disebut Siam.

Naresuan lahir pada 25 April 1555, putra Raja Siam.

Dia memiliki satu saudara laki-laki, yang dikenal sebagai ‘Pangeran Putih’, dan satu saudara perempuan.

Pada tahun 1563, ketika Naresun baru berusia delapan tahun, raja Burma menyerbu Thailand dan mengepung ibu kota.

Namun, kota tidak mampu menahan pengepungan, sehingga ayah Naresuan menyerah.

Raja Burma kemudian mengubah Thailand menjadi negara anak sungai dan mengambil Naresuan sebagai sandera politik untuk memastikan ayahnya tidak akan memberontak.

Masa kecil Naresuan di istana Burma tidak bahagia, karena dia disiksa oleh pangeran muda Burma, yang kebetulan seumuran dengannya.

Keduanya bersaing sengit.

Terlepas dari itu, Naresuan bertekad untuk mengembalikan Thailand pada kemerdekaan, dan merupakan anak yang sangat fokus.

Dia menghabiskan masa kecilnya belajar taktik dari jenderal Burma dan belajar seni bela diri.

Dikatakan bahwa dia belajar bersama elite pemuda Burma, putra pangeran, dan bangsawan.

Selain berbakat dalam kecakapan militer, Naresuan, sangat cerdas, memperoleh banyak pengetahuan umum pada masa itu.

Enam tahun kemudian, Naresuan ditukar dengan saudara perempuannya.

Raja mengambil adiknya itu sebagai istri keduanya dan mengirim Naresuan untuk melayani sebagai putra mahkota Siam, dan itu adalah gelar yang memiliki sedikit kekuatan nyata.

Naresuan dipanggil untuk membantu burma menaklukkan Kekaisaran Khmer.

Ketika dia berusia enam belas tahun, dia pertama kali merasakan pengalaman perang ang sebenarnya, dan dia tidak mengecewakan.

Pada suatu ketika, setelah beberapa serangan frontal yang gagal di benteng Khmer yang kuat, Naresuan mengambil inisiatif untuk memanjat tebing terjal lurus ke atas, menyelinap ke dalam kastil.

Dia lalu membunuh semua tentara yang bertaha, atau membuat mereka pingsan, dan membuka gerbang untuk tentara Burma.

Pada tahun 1583, saat Naresun berusia hampir tiga puluh tahun, dia sangat populer di Burma.

Raja sebenarnya takut padanya, lalu dia mengirim pembunuh untuk mencoba membunuh pangeran kecil Siam yang baru lahir.

Namun, Naresuan mengetahui plot tersebut, dia lalu mengalahkan pembunuh dan melarikan diri.

Naresuan melarikan diri ke negara asalnya, berencana belajar bela diri untuk dirinya sendiri.

Waktunya akhirnya tiba, dia membebaskan Thailand.

Meskipun pasukan muncul untuk mencoba menghentikannya melintasi perbatasan, namun Naresuan tidak gentar.

Dia menembak kepala komandan dan melanjutkan perjalanan ke Thailand.

Pada tahun yang sama pula, Naresuan mencapai ibu kota Thailand dan mendeklarasikan kemerdekaan segera setelah dia melakukannya dengan ‘menuangkan air ke bumi dari piala emas untuk menyatakan kepada para dewa di hadapan orang-orang yang berkumpul, bahwa sejak hari itu Siam telah memutuskan persahabatan dengan Burma dan tidak lagi bersahabat seperti dahulu kala’.

Dia kemudian merekrut Mons untuk bergabung dengan kampanyenya dan berbaris di Bago dan membebaskan 10.000 keluarga Siam di sana.

Kemudian, dia mengadakan upacara kesetiaan dengan masyarakat Thailand dengan meminum air dari kolam Suci Puay Si.

Dia mengambil sebuah kota dan pada tahun 1584, mengerahkan semua anak buahnya di ibu kota Thailand sebagai persiapan untuk menghadapi tentara Burma dalam perang habis-habisan.

Sementara itu, Raja Burma mengirim dua pasukan terpisah untuk mencoba menumpas pemberontakan Thailand dan keduanya mampu dikalahkan.

Pad atahun 1585, Naresuan menangkap tentara Burma ketiga yang terdiri dari 10.000 tentara, 120 gajah, 100 kuda, dan 400 perahu.

Pada tahun 1586, mereka mencoba keempat kalinya, dan dipimpin oleh raja Burma sendiri, mengepung ibu kota Thailand selama lima bulan, tetapi Naresuan begitu agresif mempertahankannya sehingga Burma mundur dan pulang.

Pada tahun 1590, ayah Naresuan meninggal dan dia dinobatkan sebagai Raja Thailand.

Tentara Burma mati-matian mencoba kelima kalinya untuk menyerang Thailand dan merebutnya kembali, tetapi Naresuan melawan mereka.

Dia telah menghancurkan lima invasi terpisah dalam enam tahun. Sepertinya dia tidak bisa  dihentikan, melansir History Things.

Pada tahun 1592, saingan masa kecil Naresuan, pangeran Burma, sekarang menjadi raja.

Dengan kekuatan barunya dan dendam lama, dia mengumpulkan pasukannya dan menyerbu untuk mencoba merebut kembali Thailand untuk selamanya.

Sepuluh ribu tentara berbaris di Thailand.

Namun, pertempuran berikutnya tidak berjalan dengan baik untuk Naresuan. Orang Thailand itu tertekan dan kalah cepat.

Mereka kalah dalam persenjataan, kewalahan oleh jumlah orang Burma.

Tampaknya Burma akhirnya akan memenangkan kembali Thailand dan negara itu, sekali lagi, akan berada di bawah kekuasaan kerajaan asing.

Tetapi Naresuan tidak akan membiarkan hal itu terjadi.

Tepat ketika semua harapan hilang, dia menyerbu dengan bertempur di belakang seekor gajah jantan yang mengamuk.

Raja Burma yang baru juga menunggangi seekor gajah, dan keduanya tidak akan menyerah.

Kedua gajah itu bentrok dalam kebingungan belalai dan gading mereka, dan kemudian keudanya melompat ke kepala binatangn itu dan menghunus pedang mereka.

Beberapa menit kemudian, kedua pasukan menghentikan pertempmuran mereka untuk menonton kepala pasukan mereka yang sedang berperang.

Kedua raja itu turun dari atas kepala gajah mereka, tinggal satu langkah saja, berarti kematian, oleh pedang lawan atau diinjak-injak.

Setelah beberapa menit bolak-balik, Naresuan mendaratkan pukulan telak terakhir.

Dia memotong raja Burma menjadi dua, memotong bagian kanan tubuhnya dari bahu dan kaki kirinya.

Tidak tahu apa yang harus dilakukan, tentara Burma sangat ketakutan sehingga mereka berbalik dan mundur.

Setelah bertahun-tahun perang, dalam satu pertempuran gajah yang menentukan, Thailand akhirnya merdeka.

Pedang dan helm Naresuan masih ada sampai sekarang, lalu dia membangun pagoda di lokasi pertempuran gajah untuk memperingati kemenangannya.

Naresuan melanjutkan untuk menaklukkan Kamboja, menyatukan kembali Thailand, dan menginvasi Burma dengan baik dan mengambil beberapa kota dari mereka.

Sayangnya, dia meninggal karena sepsis pada usia 50 tahun pada tahun 1605.

Raja Naresuan kemudian diabadikan sebagai pahlawan nasional Thailand, dan setiap bulan Januari, merayakan hari libur nasional, Hari Duel Gajah, untuk menghormatinya.

Baca Juga: Kini Dianggap Simbol Kekuasaan Monarki di Thailand, Gajah Putih Rupanya Pernah Jadi Momok Menakutkan Bagi Siapapun yang Mengenal Raja Thailand, Dikirimi Gajah Putih Rasanya Malu Tak Kepalang

 Baca Juga: Dibutakan Takhta dan Harta Sang Raja Terkaya di Dunia, Selir Raja Thailand Maha Vajiralongkorn Sampai Ingin 'Kudeta' Permaisuri hingga Diperlakukan Seperti Ini

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di