Find Us On Social Media :

Ngeri! Bukan Amerika Apalagi Inggris, Putin Justru Disebut-sebut Hanya Akan Gunakan Senjata Nuklirnya Untuk Melawan Negara Sekutu Terkuatnya Ini, Penyebabnya Tak Teduga

By Mentari DP, Kamis, 14 Juli 2022 | 11:45 WIB

Konflik senjata nuklir antara Amerika Serikat (AS), Rusia, dan China.

"Sebab sekarang mereka sedang berperang dengan Ukraina dan pasukan mereka sedang kesusahan."

"Jadi hanya senjata nuklir mereka yang ampuh melawan China."

Jika konflik benar-benar berubah menjadi perang nuklir, Washington memiliki keunggulan dalam hal pengeluarannya untuk nuklir.

Di karena pada tahun 2021, pengeluaran nuklir mereka mencapai 36,9 miliar Poundsterling.

Angka itu melampaui China dengan 9,7 miliar Poundsterling dan Rusia 7,1 miliar Poundsterling, menurut Kampanye Internasional untuk Menghapuskan Senjata Nuklir (ICAN).

Tapi menurut ICAN, Rusia memang memiliki jumlah hulu ledak nuklir terbanyak dengan 5.977 buah.

Dibanding AS dengan memiliki 5.428 hulu ledak nuklir dan China memiliki 350.

Jika China benar-benar melawan Rusia di Siberia, pasukan China akan dapat menyeberang ke wilayah utara Rusia yang luas dari beberapa provinsi China.

Diketahui Siberia juga kaya akan mineral, termasuk batu bara, minyak bumi, gas alam, berlian, bijih besi, dan emas.

Wilayah tersebut pernah menjadi target China di masa lalu, karena negara tersebut pernah menguasai sebagian besar tanah di tempat yang sekarang disebut Timur Jauh Rusia.

Namun, Kekaisaran Rusia menguasai sudut tenggara Siberia dengan Aneksasi Amur, yang dimulai pada tahun 1858.

Ada pergolakan lebih lanjut pada Maret 1969 ketika konflik pecah di sepanjang perbatasan China- Uni Soviet, termasuk di perbatasan Siberia dengan Kazakhstan dan provinsi Xinjiang di barat China.

Pada saat itu, lusinan orang tewas dan ratusan lainnya terluka dalam pertempuran itu, yang berisiko meluas ke perang nuklir.

Moskow mengancam respons nuklir terhadap Beijing dan beberapa kota di China membangun tempat perlindungan bom, sebelum kedua belah pihak akhirnya menyelesaikan perbedaan mereka di meja perundingan.

Oleh karenanya, Dr Callahan percaya bahwa Rusia tidak akan menang jika kembali berkonflik dengan Rusia di Siberia.

Baca Juga: Bukan China, Mendadak Negara Boneka Putin Ini Siap Kirimkan Ratusan Pasukannya Untuk Masuk ke dalam Perang dengan Tujuan Meneror Ukraina dan Barat