Penulis
Intisari-Online.com - Apa saja sumber sejarah Kerajaan Mataram Kuno?
Mataram Kuno merupakan kerajaan bercorak Hindu-Buddha yang berdiri antara abad ke-8 hingga abad ke-11.
Pendirinya adalah Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya, sekaligus raja pertama Mataram Kuno, yang berkuasa antara 732-760 Masehi.
Kerajaan Mataram Kuno berkuasa hampir selama 3 dekade, dan ada tiga dinasti yang pernah memerintah kerajaan ini.
Di antaranya Dinasti Sanjaya dan Dinasti Syailendra (di Jawa Tengah), serta Dinasti Isyana (di Jawa Timur).
Ketika berada di Jawa Tengah, letak Kerajaan Mataram Kuno diperkirakan ada di Bhumi Mataram (sebutan lama untuk Yogyakarta).
Sementara itu, di Jawa Timur, kerajaan ini diperkirakan beribu kota di Wantan Mas yang terletak di kawasan sungai Brantas.
Puncak kejayaan Mataram Kuno berlangsung pada masa pemerintahan Dinasti Syailendra, yang berkuasa mulai akhir abad ke-8.
Baca Juga: Sejarah Kerajaan Mataram: Apa Prestasi Besar Sultan Agung Selama Memerintah Kerajaan Mataram?
Baca Juga: Ini Sederet Puisi Chairil Anwar Paling Terkenal, Menyayat Hati!
Pada masa pemerintahan Dinasti Syailendra, konon wilayah kekuasaan Mataram Kuno mencapai Semenanjung Malaka.
Setelah pindah ke Jawa Timur sekitar tahun 929 Masehi, Mataram Kuno disebut sebagai Kerajaan Medang.
Masa kekuasaan Kerajaan Mataram Kuno di Jawa Timur tidak berlangsung lama. Pada 1017 M, Kerajaan Mataram Kuno akhirnya runtuh setelah peristiwa Pralaya Medang, yang terjadi pada masa pemerintahan Raja Dharmawangsa Teguh.
Sumber Sejarah Kerajaan Mataram Kuno
Kerajaan Mataram Kuno memiliki banyak peninggalan yang menjadi bagian dari sumber sejarah berdirinya salah satu kerajaan besar di Nusantara ini.
Sumber sejarah kerajaan ini meliputi prasasti, candi, kitab Cerita Parahyangan (Sejarah Pasundan) dan berita dari China.
Berikut ini beberapa peninggalan yang menjadi sumber sejarah berdirinya Kerajaan Mataram Kuno:
1. Prasasti Canggal
Sumber sejarah kerajaan Mataram Kuno salah satunya Prasasti Canggal yang ada di Candi Gunung Wukir, Dusun Canggal, desa Kadiluwih, kecamatan Salam, Magelang, Jawa Tengah.
Prasasti Canggal diidentifikasi sebagai prasasti tertua kedua di Pulau Jawa setelah prasasti Tuk Mas.
Isi prasasti ini adalah mengenai pernyataan diri Raja Sanjaya sebagai seorang penguasa universal dari Kerajaan Mataram Kuno.
Tertulis mengenai pendirian lingga atau simbol bagai Dewa Siwa di desa Kunjarakunja oleh Sanjaya.
Diceritakan juga jika yang menjadi raja awalnya adalah Sanna, lalu digantikan oleh Sanjaya anak Sannaha, saudara perempuan Sanna.
Kunjarakunja dapat juga diartikan "tanah dari pertapaan Kunjara" yang dikenal sebagai tempat pertapaan Resi Agastya, maharesi Hindu yang dipuja di India selatan.
Epik Ramayana menceritakan jika Rama, Sinta, dan Laksmana mengunjungi pertapaan Agastya di gunung Kunjara.
Terjemahan bebas isi prasasti ini adalah sebagai berikut:
Bait 1: Pembangunan lingga oleh Raja Sanjaya di atas gunungBait 2-6: Pujaan terhadap Dewa Siwa, Dewa Brahma, dan Dewa WisnuBait 7: Pulau Jawa yang sangat makmur, kaya akan tambang emas dan banyak menghasilkan padi. Di pulau itu didirikan candi Siwa demi kebahagiaan penduduk dengan bantuan dari penduduk KunjarakunjadesaBait 8-9: Pulau Jawa yang dahulu diperintah oleh raja Sanna, yang sangat bijaksana, adil dalam tindakannya, perwira dalam peperangan, bermurah hati kepada rakyatnya. Ketika wafat Negara berkabung, sedih kehilangan pelindung.Bait 10-11: Pengganti raja Sanna yaitu putranya bernama Sanjaya yang diibaratkan dengan matahari. Kekuasaan tidak langsung diserahkan kepadanya oleh raja Sanna tetapi melalui kakak perempuannya (Sannaha)Bait 12: Kesejahteraan, keamanan, dan ketentraman Negara. Rakyat dapat tidur di tengah jalan, tidak usah takut akan pencuri dan penyamun atau akan terjadinya kejahatan lainnya. Rakyat hidup serba senang.
Baca Juga: Ini Sederet Puisi Chairil Anwar Paling Terkenal, Menyayat Hati!
2. Prasasti Kalasan
Prasasti Kalasan yang dibuat tahun 778 M, berasal dari masa Dinasti Syailendra.
Prasasti ini ditemukan di Desa Kalasan, Sleman.
Ditulis dengan huruf Pranagari dan bahasa Sansekerta. Huruf Pranagari adalah huruf dari India Utara.
Prasasti menyebutkan jika para guru raja Syailendra berhasil memperoleh persetujuan Maharaja Dyah Pancapana Panamkarana (Kariyana Panamkarana) atas permintaan keluarga Syailendra, untuk membangun bangunan suci bagi Dewi Tara dan sebuah biara bagi para pendeta, serta penghadiahan desa Kalasan untuk para Sangha.
Sangha adalah komunitas kebiarawan dalam agama Buddha.
3. Prasasti Mantyasih
Prasasti Mantyasih memiliki nama lain Prasasti Kedu atau Prasasti Balitung.
Lokasi penemuannya berada di Kampung Mateseh, Jawa Tengah.
Peninggalan Kerajaan Mataram Kuno yang terbuat dari tembaga ini dikeluarkan oleh Raja Diah Balitung.
Dalam prasasti berangka 829 Saka atau 907 Masehi ini disebutkan tentang raja-raja yang pernah memerintah pada saat Dinasti Sanjaya, sebelum Diah Balitung berkuasa. Urutan raja-raja tersebut adalah Raja Sanjaya, Rakai Panangkaran, Rakai Panunggalan, Rakai Warak, Rakai Garung, Rakai Pikatan, Rakai, Kayuwangi dan Rakai Watuhumalang.
Selain itu, diceritakan pula tentang pemberian hadiah tanah oleh Diah Balitung kepada lima orang patihnya yang telah berjasa kepada kerajaan.
4.Carita Parahyangan
Selain dalam Prasasti Canggal dan Prasasti Mantyasih, Raja Sanjaya juga disebut dalam naskah dari Carita Parahyangan.
Dalam Carita Parahyangan, Sanjaya disebut sebagai putra Sannaha, yang digambarkan sebagai saudara perempuan sekaligus istri Raja Sanna.
Apabila ditelusuri, Raja Sanna atau Prabu Bratasenawa adalah penguasa Kerajaan Galuh ketiga yang berkuasa antara (709-716).
Berdasarkan Carita Parahyangan, orang tua Sanjaya, Sanna dan Sannaha, adalah saudara seayah tetapi beda ibu.
Dewi Sannaha adalah putri dari raja kedua Kerajaan Galuh, Suraghana atau Rahyang Mandiminyak, dengan Dewi Parwati, putri Ratu Shima dari Kerajaan Kalingga.
Sedangkan Sanna adalah putra Rahyang Mandiminyak dari hubungan gelap dengan Pwahaci Rababu, istri dari saudaranya sendiri, yaitu Rahyang Sempakwaja.
Dari asal-usulnya tersebut, dapat diketahui bahwa Ratu Sanjaya adalah cucu dari penguasa Kerajaan Galuh dan Kerajaan Kalingga.
5. Candi-candi
Sumber sejarah lainnya meliputi candi-candi yang dibangun kerajaan Mataram Kuno, yaitu Candi Borobudur, Candi Prambanan, Candi Kalasan, Candi Plaosan, Candi Arjuna, Candi Bima, Candi Sewu, Candi Mendut, Cando Semar, hingga Candi Srikandi.
Candi-candi ini menjadi bukti bahwa era Kerajaan Mataram Kuno menghadirkan arsitektur dan karya seni yang luar biasa.
Baca Juga: Sejarah Kerajaan Mataram: Inilah Peninggalan Kerajaan Mataram Islam
(*)