Find Us On Social Media :

Tiba-tiba Jadi Sosok Penting Bagi Dunia, Jokowi Targetkan Dirinya Bisa Ciptakan Perdamaian dan Hentikan Perang Rusia-Ukraina, Rupanya Diundang dalam Pertemuan Elit Pemimpin Dunia Ini

By May N, Rabu, 29 Juni 2022 | 12:54 WIB

Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.

Intisari - Online.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi) dijadwalkan ikut dalam misi perdamaian ke Ukraina dan Rusia pada 29 - 30 Juni 2022.

Sebelumnya, Jokowi menghadiri pertemuan Negara Mitra G7 di Jerman.

Dilansir dari Antara, Pertemuan G7 diadakan pada 26-27 Juni, mendiskusikan gangguan pada pasokan pangan global dan Perang Rusia-Ukraina, di antara hal lainnya.

Presiden dan ajudan-ajudannya meninggalkan Jerman untuk bertolak ke Polandia pada 28 Juni, di mana dia nanti memasuki Ukraina, seperti diinformasikan oleh Kementerian Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi.

Dia diharapkan bertemu dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky di Kyiv pada 29 Juni dan pertemuan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Moskow diadakan pada 30 Juni mendatang.

Sebelum keberangkatannya ke Jerman, Jokowi mengatakan kepada media-media Indonesia bahwa misinya ke Ukraina dan Rusia adalah untuk melakukan dialog dalam upaya mengakhiri perang dan mencapai solusi damai.

"Perang harus dihentikan dan pasokan pangan global perlu diaktifkan kembali," ujarnya.

Dalam Pertemuan G7, Jokowi mengutip data dari Program Pangan Dunia (WFP) menunjukkan bahwa setidaknya 323 juta orang penduduk beberapa negara sedang dalam risiko krisis pangan.

G7 dan G20 memiliki tanggung jawab besar menangani krisis ini, paparnya.

Jokowi menekankan pentingnya dukungan negara-negara G7 untuk reintegrasi ekspor gandum Ukraina dan ekspor pangan dan pupuk Rusia ke dalam rantai pasokan global.

Gangguan pasokan pupuk dari Rusia dapat mengganggu budidaya beras yang berdampak pada dua miliar manusia terutama di negara berkembang, seperti dipaparkan Jokowi.

Presiden Jokowi juga menggarisbawahi dua cara menangani masalah ini.

Pertama, fasilitasi ekspor gandum Ukraina.

Kedua, komunikasi proaktif untuk orang-orang secara global yang mana pangan dan pupuk dari Rusia tidak akan menjadi subyek sanksi.

“Komunikasi intensif ini diperlukan agar tidak ada keraguan berkepanjangan di masyarakat internasional. Komunikasi intensif ini juga perlu diperkuat dengan komunikasi kepada pihak terkait seperti perbankan, asuransi, perkapalan, dan lain-lain,” ujarnya.

Sebelumnya, Menteri Retno Marsudi mengatakan bahwa rencana kunjungan Presiden Jokowi ke Ukraina dan Rusia mencerminkan kepeduliannya terhadap masalah kemanusiaan dan niatnya untuk berkontribusi dalam pembangunan perdamaian dan mengatasi dampak perang Rusia-Ukraina di sejumlah negara, terutama negara berkembang.

“Meski situasi sulit dan kompleks masalah, sebagai Presiden G20 dan anggota kelompok juara Global Crisis Response Group yang dibentuk Sekjen PBB, Presiden Jokowi memilih untuk berusaha memberikan kontribusi daripada berdiam diri,” katanya.

Indonesia memegang Kepresidenan Kelompok 20 (G20) ekonomi utama tahun ini. Mengangkat tema “Recover Together, Recover Stronger”, Kepresidenan G20 Indonesia berfokus pada pemulihan ekonomi dan pembangunan struktur kesehatan pascapandemi COVID-19 yang telah memicu kelesuan ekonomi dan gangguan rantai pasokan pangan secara global.

Jokowi telah mengundang Putin, anggota G20, dan Zelenskyy sebagai pengamat KTT G20, yang dijadwalkan akan diadakan di Bali pada November 2022, meskipun ada tekanan dari beberapa negara Barat untuk mengecualikan Putin.

"Indonesia ingin menyatukan G20. Jangan sampai terjadi perpecahan," ujarnya.

Meski Ukraina bukan anggota G20, namun ketua kelompok dapat mengundang negara tamu.

“Saya berharap perang dapat segera diakhiri, dan solusi damai dapat diwujudkan melalui negosiasi,” kata Jokowi dalam pernyataan online setelah berbicara dengan kedua pemimpin melalui telepon pada bulan April.

Pada bulan Maret, Duta Besar Rusia untuk Indonesia Lyudmila Vorobieva mengatakan kepada pers bahwa Putin bermaksud menghadiri KTT G20 di Bali, tetapi partisipasinya akan tergantung pada banyak hal, termasuk situasi COVID.

Menyusul berita tersebut, Presiden AS Joe Biden menyarankan agar Ukraina menghadiri pertemuan G20 jika anggota lain gagal menyetujui pengusiran Rusia.

Dia membuat saran setelah pertemuan dengan anggota NATO dan sekutu Eropa di Brussels pada bulan Maret.

Sementara itu, Profesor Hukum Internasional Universitas Indonesia (UI) Hikmahanto Juwana mengatakan, rencana kunjungan Jokowi ke Ukraina dan Rusia menunjukkan bahwa Indonesia sebagai presiden G20 berinisiatif membina perdamaian, mengakhiri tragedi kemanusiaan di Ukraina, dan mencegah potensi tragedi pangan global.

Kunjungan tersebut mencerminkan inisiatif Indonesia untuk ikut serta dalam menciptakan perdamaian global, sebagaimana diamanatkan oleh UUD 1945, katanya dalam pernyataan yang dikeluarkan pada 23 Juni.

Oleh karena itu, Presiden melakukan kunjungan dengan tetap berpegang pada politik luar negeri bebas aktif, katanya. dicatat.

Indonesia tidak memihak Ukraina atau Rusia. Ia tidak memberikan bantuan senjata ke Ukraina atau mendukung operasi militer khusus Rusia di Ukraina, katanya, menegaskan kembali bahwa negara itu hanya berpihak pada upaya untuk membangun perdamaian dunia dan mengakhiri tragedi kemanusiaan.

Kunjungan tersebut bertujuan untuk melihat secara mendalam apa yang dapat disepakati oleh kedua negara yang bertikai untuk mencapai gencatan senjata, katanya.

Indonesia adalah salah satu pendiri dan anggota aktif Gerakan Non-Blok (GNB), yang merupakan forum dari 120 negara yang tidak bersekutu atau melawan blok kekuatan besar mana pun.

Baca Juga: Jadi Perhatian Seantero Dunia Karena Berani Temui Dua Presiden yang Sedang Kisruh Ini, Pengamat Internasional Sampai Analisis Rencana Jokowi Temui Vladimir Putin dan Volodymyr Zelensky