Intisari-Online.com -Sri Lanka kehabisan bensin dan solar setelah beberapa pengiriman tertunda entah sampai kapan, kata Menteri Energi Kanchana Wijesekera pada Sabtu (25/6/2022) sebagaimana diwartakan Kompas.com.
Ratusan ribu pengendara saat ini menghabiskan waktu berjam-jam menunggu bensin dan solar akibat krisis Sri Lanka bangkrut.
Pekan lalu, pemerintah menutup lembaga negara non-esensial bersama sekolah-sekolah selama dua minggu untuk mengurangi perjalanan karena krisis energi.
Beberapa rumah sakit di seluruh negeri juga melaporkan penurunan tajam dalam kehadiran staf medis karena Sri Lanka kehabisan bensin.
Perdana Menteri Sri Lanka Ranil Wickremesinghe pada Rabu (22/6/2022) memperingatkan parlemen, negara Asia Selatan berpenduduk 22 juta orang itu akan terus menghadapi kesulitan selama beberapa bulan lagi dan mendesak orang untuk menghemat bahan bakar.
"Ekonomi kita menghadapi kehancuran total," kata Wickremesinghe.
"Kita sekarang menghadapi situasi yang jauh lebih serius di luar sekadar kekurangan bahan bakar, gas, listrik, dan makanan."
Krisis Sri Lanka bangkrut terjadi setelah gagal bayar utang luar negeri 51 miliar dollar AS (Rp 757,5 triliun) pada April.
Negara itu kini sedang dalam pembicaraan dengan Dana Moneter Internasional (IMF) untuk bailout (bantuan keuangan guna menyelamatkan dari kebangkrutan) yang bisa memakan waktu berbulan-bulan.
Krisis Sri Lanka buruk karena kekurangan devisa parah untuk membiayai impor barang paling penting sekalipun, termasuk makanan, bahan bakar, dan obat-obatan.
Negara Asia Selatan itu kemudian meminta bantuan internasional.
Sementara itu diwartakan olehKompas.com, Selasa (21/6/2022),Presiden Joko Widodo mengatakan, ekonomi 60 negara di dunia akan ambruk akibat terdampak pandemi dan krisis ekonomi.
Jokowi mengingatkan, begitu krisis keuangan masuk ke krisis pangan, masuk ke krisis energi kondisinya akan semakin mengerikan.
"Saya kira kita tahu semuanya. Udah 1,2,3 negara mengalami itu. Tidak punya cadangan devisa, tidak bisa beli BBM, tidak bisa beli pangan, tidak bisa impor pangan karena pangannya, energinya, impor semuanya," jelas Jokowi.
"Kemudian terjebak juga kepada pinjaman utang yang sangat tinggi. Karena debt ratio-nya terlalu tinggi," lanjutnya.
Jokowi kembali mengingatkan masyarakat agar tetap berhati-hati.
Terlebih saat ini pemerintah masih terus mensubsidi harga sejumlah komoditas.
Misalnya, bensin Pertalite dengan harga jual Rp 7.650 per liter dan Pertamax seharga Rp 12.000,- per liter.
"Hati-hati ini bukan harga sebenernya lho. Ini adalah harga yang kita subsidi. Dan subsidinya besar sekali."
(*)