Find Us On Social Media :

Stupa dan Arcanya Sampai Luluh Lantak, Borobudur yang Harga Tiketnya Melejit Ternyata Pernah Dibom Teroris, Pelakunya Baru Ditangkap Hari Ini

By May N, Selasa, 7 Juni 2022 | 10:58 WIB

Sosok Hasan Baraja, teroris perencana pengeboman Candi Borobudur, baru ditangkap hari ini

Intisari - Online.com - Candi Borobudur yang kerap dianggap sebagai salah satu kejaiban dunia memang memiliki daya tarik tersendiri.

Candi yang terletak di Magelang, Jawa Tengah ini selalu didatangi wisatawan mancanegara maupun lokal tiap hari.

Borobudur merupakan candi peninggalan Dinasti Syailendra yang merupakan penganut agama Buddha yang terbagi atas enam teras berbentuk bujur sangkar dan pelataran melingkar.

Di antara pelataran itu, terdapat beberapa stupa, relief dan arca.

Namun, peninggalan ikonik Indonesia ini pernah mendapatkan ancaman yang serius dari kelompok ekstremis pada awal 1985.

37 tahun yang lalu, tepatnya pada 21 Januari 1985, Candi Borobudur terkena bom.

Beberapa bangunan, arca dan stupanya hancur karena ledakan.

Banyak dugaan yang mengatakan bahwa peristiwa ini bermotif ekstremisme.

Kejadian ini kemudian dicap sebagai peristiwa terorisme nasional.

Dilansir dari Harian Kompas yang terbit pada 22 Januari 1985, ledakan bermula pada 01.00 WIB sampai dengan 03.30 WIB.

Ketika itu rentetan ledakan merusak dua patung Buddha dan sembilan stupa di sisi timur pada Arupadhatu Candi Borobudur.

Bahan peledak yang digunakan menurut beberapa sumber adalah tipe PE 808/Dahana yang notabene detonator buatan China.

Peledak ini menggunakan sumber baterai untuk tenaga pemicunya.

Walaupun penjagaan ketat di beberapa lokasi, ternyata pelaku bisa memasang bom pada titik tertentu.

Bahan peledak ternyata dibungkus dalam plastik berwarna merah dan masing-masing diberi timer.

Peledak itu dipasang untuk meledak tak pada waktu yang sama.

Menurut lampiran satpam, suara ledakan terdengar sekitar 01.30 WIB.

Setelah itu terdengar ledakan kedua, ketiga dan keempat.

Beberapa menit setelah rentetan tadi, menyusul ledakan kelima hingga terakhir tepat pukul 03.30 WIB.

Semestinya, Candi borobudur ketika malam itu dijaga 13 anggota satpam.

Suara ledakan muncul kali pertama saat dua satpam jaga berkeliling.

Semua bangunan yang dipasangi bahan peledak terletak di pintu timur.

Stupa hancur tiga di teras pertama, dua di teras kedua dan empat di teras ke tiga.

Selain itu, dua patung Buddha rusak terkena efek bom.

Kerusakan yang ditimbulkan adalah 2.692 balok batu bagian stupa rontok.

Dari jumlah itu, 70 persen blok batu pecah.

Catatan Kantor Suaka Purbakala Jateng, sekiranya membutuhkan biaya sekitar Rp 16 juta untuk memperbaiki kerusakan dengan waktu sekitar enam bulanan.

Dugaan pelaku

Pasca peledakan itu, aparat berwenang langsung terjun melakukan pengejaran.

Diperkirakan, setidaknya ada tiga orang yang melakukan upaya ini yang diketahui sebelumnya menginap di Losmen Borobudur.

Beberapa sumber mengatakan bahwa tiga orang itu pergi dari losmen dan melakukan ziarah ke Suroloyo (di atas perbukitan Menoreh).

Menjelang peristiwa dini hari itu, pelaku tak terlihat kembali ke penginapannya.

Sampai sekarang, dua dari tiga orang yang pelaku pengeboman sudah diketahui.

Masih ada satu orang yang dipercaya sebagai otak perencana yang sampai hari ini belum bisa ditemukan keberadaannya.

Ternyata, sosok perencana pengeboman candi Borobudur ini terkait dengan kelompok teroris Khilafatul Muslimin.

Selasa (7/6/2022) ini, Polda Metro Jaya menangkap pimpinan tertinggi kelompok Khilafatul Muslimin Abdul Qadir Hasan Baraja di wilayah Lampung.

Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Endra Zulpan mengatakan, Abdul Qadir ditangkap oleh penyidik Ditrektorat Reserse Kriminal Umum (Dirreskrimum) Polda Metro Jaya.

Penangkapan dilakukan setelah kepolisian menyelidiki aksi konvoi sekelompok pengendara yang menamakan diri sebagai Khilafathul Muslimin di kawasan Cawang, Jakarta Timur.

"Iya betul, Polda Metro Jaya menangkap pimpinan Khilafathul Muslimin atas nama Abdul Qadir Baraja," kata Zulpan saat dihubungi, Selasa.

Zulpan belum dapat menjelaskan secara terperinci perihal penangkapan Abdul Qadir di kawasan Lampung, maupun kelompok Khilafathul Muslimin tersebut.

Dia hanya mengatakan bahwa saat ini jajaran Ditreskrimum Polda Metro Jaya masih berada di Lampung dan akan membawa Abdul Qadir ke Jakarta.

"Tim masih berada di Lampung untuk membawa yang bersangkutan ke Jakarta," kata Zulpan.

Diberitakan sebelumnya, Polda Metro Jaya membentuk tim khusus untuk menyelidiki aksi pengendara motor yang konvoi sambil membawa atribut bertuliskan "Khilafah Islamiyah" di kawasan Cawang, Jakarta Timur.

Zulpan mengatakan, kepolisian sudah melakukan penyelidikan dan mengidentifikasi kelompok yang melaksanakan kegiatan tersebut.

Dari situ, diketahui bahwa sekelompok pengendara yang melakukan konvoi dan videonya beredar luas di media sosial itu menamakan diri sebagai Khilafatul Muslimin.

"Saat ini tim telah melakukan penyelidikan terkait dengan kegiatan tersebut yang dilakukan oleh kelompok Khilafahtul Muslimin," ujar Zulpan kepada wartawan, Kamis (2/6/2022).

Sosok Hasan Baraja

Gerakan Khilafatul Muslimin dibentuk pada 1997, persis setelah Pimpinan tertingginya, Amir Daulah, yang bernama Hasan Baraja, keluar dari penjara.

Hasan dipenjara 13 tahun akibat terlibat dalam kasus terorisme di antaranya Pemboman Candi Borobudur pada 1985.

Statusnya ex terpidana terorisme. Bahkan sebelumnya, Hasan juga pernah dipenjara terkait gerakan Komando Jihad.

Komando Jihad ini kerap terdengar pada tahun 1970 akhir hingga 1980-an.

Salah satu aksi teroris yang dilakukan adalah Pembajakan Pesawat Garuda. Arsip Harian Kompas, 29 Maret 1981 menyebutkan, pesawat dengan nomor penerbangan GA 206 itu dibajak di udara antara Palembang-Medan.

Pesawat yang memiliki rute Jakarta-Medan itu dibajak pada pukul 10.10 WIB sesaat setelah tinggal landas dari Palembang, dan berakhir di Bandara Don Muang, Bangkok, Thailand.

Pembajakan tersebut digagalkan oleh Pasukan Anti Teror Indonesia, kala itu Korps Pasukan Sandi Yudha (Koppasandha) yang kini berubah nama menjadi Kopassus. Kala itu pasukan antiteror dipimpin Letkol Inf. Sintong Panjaitan.

Namun Hasan Baraja, bukan terkait pembajakan, ia terkait dengan kasus teror warman.

Dalam kasus teror ini seorang wakil rektor UNS, Solo, Parmanto, tewas karena diduga membocorkan gerakan Komando Jihad ini, pada 1979.

Akibat aksi "Teror Warman" ini, Hasan Baraja divonis penjara 3 tahun.

Saat ini, Hasan Baraja menjadi pimpinan tertinggi internasional kelompok Khilafatul Muslimin, yang mereka sebut dengan Ustaz Abdul Qadir Hasan Baraja.

Kegiatan Khilafah

Direktur Pencegahan BNPT, Brigjen Pol. Ahmad Nurwakhid mengatakan mereka tengah dalam pendalaman pihak BNPT.

Meski yang disayangkan, kegiatan mereka terkait dengan Khilafah belum bisa dianggap melanggar hukum, karena tidak adanya undang-undang yang mengatur soal ideologi khilafah ini.

Berbeda dengan Komunisme, Leninisme, dan Marxisme yang sudah ada aturan untuk melakukan penindakan bila ada penyebaran pahamnya.

Meski demikian, Khilafatul Muslimin membantah jika Khilafah yang diusungnya akan mengganti Pancasila dan mendirikan negara.

Baca Juga: Harga Tiketnya Naik Mencapai Rp750 Ribu Jika Naik Stupa Candi Borobudur, Terungkap Inilah Tingkatan Candi Borobudur yang Sedikit Diketahui Umum