Find Us On Social Media :

Namanya Dihapus dari Sejarah, Ternyata Begini Akhir Hayat Laksamana Muslim Cheng Ho sang Pemimpin Ekspedisi dengan Armada serta Kapal Terbesar Abad ke-15

By Muflika Nur Fuaddah, Sabtu, 14 Mei 2022 | 18:32 WIB

(Ilustrasi) Eskpedisi Laksamana Cheng Ho

Pelayaran pertama membawa 'Armada Harta Karun' ke Calicut, India barat daya, di mana rempah-rempah seperti kapulaga, kayu manis, dan lada dibeli.

Sebelum mencapai Kalikut, armada Cheng Ho melakukan perjalanan ke beberapa daerah di Asia Tenggara, antara lain Champa (Vietnam selatan), Siam (Thailand), Malaka, dan Jawa.

Dalam perjalanan mereka kembali ke China, armada berhenti di Ceylon (Sri Lanka).

Pada tahun 1407, Armada Harta Karun kembali ke Tiongkok, tidak hanya sarat dengan rempah-rempah, tetapi juga dengan utusan asing yang datang untuk memberi penghormatan dan memberikan penghormatan kepada Kaisar Ming.

Antara 1408 dan 1433, enam pelayaran harta karun kembali dilakukan dan masih dipimpin oleh Cheng Ho.

Selama perjalanan ini, Cheng Ho merundingkan pakta perdagangan, melawan bajak laut, mencopot raja yang berlawanan, dan membawa kembali lebih banyak utusan dan upeti ke istana Ming.

Akhir Hidup Laksamana Cheng Ho

Cheng Ho meninggal pada tahun 1433 di Kalikut, di mana ia memutuskan untuk tinggal selama perjalanannya yang ke-7 karena kesehatannya yang menurun, atau dalam perjalanan kembali ke Tiongkok.

Namun ada yang mempercayai bahwa ia sebenarnya berhasil kembali ke China, dan meninggal beberapa tahun kemudian di sana.

Segera setelah kematian Cheng Ho, ia menjadi sosok yang tidak disukai, dan sebagian besar catatan sejarah Tiongkok tentangnya dilenyapkan.

Dapat juga disebutkan bahwa Kaisar Yongle meninggal pada tahun 1424, dan pada masa pemerintahan penggantinya, Kaisar Hongxi, tidak ada pelayaran yang dilakukan.

Pelayaran terakhir Cheng Ho dilakukan pada masa pemerintahan Kaisar Xuande, cucu Yongle.

Sebaliknya, di banyak komunitas Tionghoa di Asia Tenggara, Cheng Ho dihormati sebagai pahlawan rakyat.

Baca Juga: Anak Buah Cheng Ho Sampai Geleng-geleng, Saking Kayanya Majapahit, Piring Emas Bekas Makan pun Dibuang Begitu Saja, Walau Hal Ini Dilakukan Kemudian

(*)