Penulis
Intisari-Online.com – Di masa lalu, kita tahu pria memegang posisi kekuasaan lebih daripada wanita.
Tetapi mungkin kita salah, ternyata penguasa wanita justru lebih banyak daripada yang kita kira, buktinya banyak ratu yang turun takhta dalam sejarah karena banyak alasan yang salah.
Mereka menyalahgunakan kekuasaan dan melakukan tindakan kejahatan yang mengerikan selama masa pemerintahan mereka.
Berikut ini empat ratu yang melakukan tindakan jahat yang mengerikan sepanjang sejarah.
1. Ratu Fredegund
Ratu Fredegund merupakan istri Raja Chilperic I, yang memerintah Neustria (bagian utara Prancis modern) dari tahun 561 hingga 584.
Setelah kematian raja, dia menjabat sebagai wali putranya selama lima belas tahun.
Ratu Fredegund sebenarnya seorang wanita cantik dan ambisius.
Banyak yang percaya dialah yang harus bertanggung jawab atas kematian Ratu Galswintha, istri raja sebelumnya, yang menyebabkan perseteruan sengit dengan Ratu Brunhilda dari Austrasia, yang adalah adik perempuan Galswintha.
Ratu Fredegund berusaha membunuh Brunhilda dan keluarganya beberapa kali.
Hingga pada suatu kesempatan, dia mengirim seorang imam ke istana Brunhilda dan memerintahkannya untuk membunuh ratu.
Ketika imam itu ditangkap, dia dikirim kembali ke Fredegund, yang kemudian menghukumnya dengan memotong tangan dan kakinya.
Itu bukan satu-satunya Fredegund menggunakan kekerasan terhadap mereka yang membuatnya tidak senang.
Ketika Count Leudast berkomplot melawannya, Fredegund menangkap salah satu pengikutnya dan menyiksanya selama berjam-jam.
Setelah dia dipukuli dan dicambuk, pria itu mengakui kejahatannya dan memberi tahu tentang rencananya.
Ketika Fredegund akhirnya menangkap Leudast, dia juga disiksa dan dipukuli sampai mati.
Terlepas dari kekerasan yang dilakukannya, Ratu Fredegund adalah seorang ibu yang protektif dan setia di seluruh pemerintahannya.
Setelah kematiannya pada tahun 597, putranya mengambil alih Neustria.
2.Ratu Isabella I
Ratu Isabella I dan Raja Ferdinand II memerintah kerajaan Spanyol di Kastilia dan Aragon selama paruh kedua abad kelima belas.
Kekristenan adalah bagian integral dari budaya Spanyol selama ini, namun, ada ketegangan antara komunitas Kristen dan komunitas Yahudi.
Orang-orang Kristen memberontak terhadap tetangga Yahudi mereka, dan kekerasan itu begitu ekstrim sehingga banyak orang Yahudi memilih untuk dibaptis oleh Gereja Katolik.
Tetapi orang-orang Yahudi terus mempraktekkan iman mereka secara rahasia, jadi Isabella dan Ferdinand menciptakan Inkuisisi Spanyol.
Tujuan utama Inkuisisi Spanyol adalah untuk mengidentifikasi dan menghukum bidat.
Para inkuisitor menginterogasi dan menyiksa korban mereka, dan mereka yang tidak bertobat dibakar hidup-hidup.
Saat Inkuisisi mengumpulkan momentum, orang-orang ditangkap dan diadili karena pelanggaran ringan, seperti pelecehan seksual dan bahkan ucapan subversif.
Meskipun orang-orang Yahudi paling banyak menjadi sasaran, Isabella dan Ferdinand juga memiliki dendam terhadap kaum Muslim.
Mereka berperang melawan Muhammad XII dan Kerajaan Granada selama sebelas tahun, dan setelah mengklaim kemenangan pada tahun 1492, mereka memaksa kaum Muslim untuk masuk Kristen.
Pemerintahan kekerasan Isabella dan Ferdinand memiliki dampak yang menghancurkan di negara mereka, dan menghilangkan tradisi Yahudi dan Muslim dari budaya Spanyol.
3.Ratu Mary I
Ratu Mary I adalah anak tunggal Raja Henry VIII dan Catherine dari Aragon.
Ketika putra satu-satunya Henry (saudara tiri Mary) meninggal pada tahun 1553, dia meninggalkan takhta Inggris kepada sepupunya Lady Jane Gray karena dia ingin raja berikutnya menjadi seorang Protestan.
Sama seperti ibunya, Mary adalah seorang Katolik yang taat, dan sebagai putri tertua Henry, dia memiliki klaim takhta yang lebih baik daripada siapa pun.
Mary berbaris ke ibu kota, naik takhta, dan memenjarakan Jane, yang kemudian dieksekusi pada Februari 1554.
Mary percaya bahwa Tuhan telah menempatkannya di atas takhta untuk membalikkan Reformasi Protestan.
Bertekad untuk memenuhi tugas sucinya, dia mengeksekusi uskup Protestan, melarang Buku Doa Umum, dan memenuhi Gereja dengan uskup dan praktik Katolik.
Tetapi yang paling terkenal dari pemerintahan Mary adalah pembakaran secara publik.
Siapa pun yang menolak tindakan baru akan menghadapi eksekusi.
Maka, ratusan orang Protestan bergantian dibakar hidup-hiudp, dan merek Katolik Mary segera menjadi identik dengan kebrutalan dan pembunuhan.
Pemerintahan Mary hanya berlangsung selama lima tahun, melansir History of Yesterday, meskipun demikian dia menjadi salah satu Ratu palng terkenal sepanjang sejarah.
4. Ratu Ranavalona I
Ratu Ranavalona I memerintah Madagaskar antara tahun 1828 dan 1861.
Dia berkuasa setelah kematian Raja Radama, suaminya, dan memulai pemerintahannya dengan mengeksekusi mereka yang mengklaim takhta, termasuk putrinya sendiri.
Ratu Ranavalona ingin membersihkan pulaunya dari pengaruh Eropa.
Selain bertarung melawan Prancis, dia juga mencoba untuk menghapus kekristenan, karena banyak warganya masuk agama Kristen karena pekerjaan misionaris Kristen.
Sang ratu membunuh orang-orang Kristen dengan berbagai cara yang mengerikan, mulai dari direbus, dipenggal, kelaparan, diracuni, dibakar, hingga dilempar dari ketinggian.
Pembunuhan biadab itu seharusnya mencegah orang berpindah agama, namun rencana Ranalovana gagal.
Penduduk Madagaskar terus memeluk agama Kristen.
Ranavalona juga memanfaatkan kerja paksa untuk mencapai tujuannya.
Dia menjadikan warganya menjadi budak untuk meningkatkan perekonomian negara.
Kondisinya sangat brutal, dan ribuan orang meninggal karena kelelahan dan kekurangan gizi.
Ketika Ranavalona akhirnya meninggal pada usia delapan puluh tiga, dia meninggalkan warisan yang terkenal buruk.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari