Penulis
Intisari-Online.com – Rusia mengancam menggunakan senjata nuklir meskipun retorika Moskow baru-baru ini meningkat, dan ini membuat Amerika Serikat tidak percaya.
Demikian seorang pejabat senior pertahanan AS mengatakannya.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan bahwa Barat tidak boleh meremehkan peningkatan risiko konflik nuklir di Ukraina.
Pada awal bulan April ini, Rusia mengatakan pihaknya berencana untuk menyebarkan rudal balistik antarbenua Sarmat yang baru diuji, yang mampu melakukan serangan nuklir terhadap Amerika Serikat, pada musim gugur.
Kekhawatiran Barat pada risiko perang nuklir meningkat setelah Presiden Vladimir Putin meluncurkan invasi Rusia ke Ukraina pada 24 Februari lalu.
Dalam pidatonya dia secara tajam merujuk pada kekuatan nuklir Moskow dan memperingatkan bahwa setiap upaya untuk menghalangi jalan Rusia ‘akan membawa Anda ke arah itu, konsekuensi yang belum pernah Anda temui dalam sejarah Anda.’
Kelihatan gelagapan gara-gara ancaman nuklir Rusia, Uni Eropa ancam jatuhkan sanksi baru, tapi belum apa-apa mereka sudah ragukan sendiri.
Uni Eropa mengusulkan larangan impor minyak Rusia secara bertahap sebagai bagian dari babak baru sanksi terhadap Rusia atas invasinya ke Ukraina.
Komisi Eropa yang menyusun sanksi, melansir Channel News Asia, saat ini sedang mempersiapkan sebuah teks yang akan diajukan ke 27 negara anggota pada Rabu (4/5), menurut para diplomat.
Menurut beberapa diplomat, terbuka kemungkinan larangan impor minyak Rusia, setelah Jerman berbalik arah, dan tindakan itu akan merugikan ekonominya.
Sementara Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell menyatakan bahwa Rusia mengintensifkan serangannya di Ukraina, membuat sanksi baru ‘sangat penting’.
Komisi Eropa akan mengusulkan larangan impor minyak Rusia selama enam sampai delapan bulan untuk memberikan waktu kepada negara-negara anggota melakukan diversifikasi pasokan mereka, sebuah sumber menyebutkan.
Larangan itu membutuhkan dukungan buat dan masih bisa digagalkan, dengan Hongaria kemungkinan meningkatkan oposisi yang kuat karena bergantung pada minyak Rusia dan dekat dengan Kremlin.
Hanya saja, negara-negara lain khawatir larangan impor minyak Rusia akan menaikkan harga ketika harga bahan bakar minyak (BBM) sudah meningkat tajam karena perang.
Seorang pejabat tanpa mau disebutkan namanya, mengatakan kepada AFP, seperti dilansir Channel News Asia, “Kami harus memperhatikan reaksi pasar. Pasti ada solusi dan kami akan sampai di sana pada akhirnya, tetapi kami harus bertindak dengan sangat hati-hati.”
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari