Penulis
Intisari-Online.com -Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky pada Kamis (31/3/2022) mengatakan dalam sebuah rekaman video bahwa dirinya telah memecat dua anggota senior Dinas Keamanan Nasional Ukraina dengan alasan mereka adalah pengkhianat.
Kedua jenderal yang dipecat yakni Kepala Departemen Keamanan Dalam Negeri Naumov Andriy Olehovych dan Kepala Cabang Dinas Keamanan Ukraina di wilayah Kherson Kryvoruchko Serhiy Oleksandrovych.
"Saya tidak punya waktu untuk berurusan dengan semua pengkhianat. Mereka semua secara bertahap akan dihukum," kata Zelensky, dikutip dariReuters.
Dia menambahkan bahwa kedua pria itu telah mengkhianati sumpah mereka untuk membela Ukraina.
Peristiwa itu menandai pertama kalinya Zelenskiy mengumumkan pemecatan terhadap mereka yang terlibat dalam pertahanan Ukraina.
Sementara itu, pada awal invasi Rusia ke Ukraina,Presiden Volodymyr Zelensky sudah sadar dirinya tinggal menghitung hari.
Dalam konferensi melalui video pekan ini dengan para pemimpin negara-negara Eropa, Presiden Zelensky bahkan sudah menyampaikan ucapan selamat tinggal.
"Ini mungkin terakhir kalinya Anda melihat saya masih hidup," katanya, sebagaimana dikutip oleh seorang sumber kepada media Wall Street Journal.
Tampaknya Presiden Zelensky memiliki alasan kuat untuk percaya bahwa hidupnya berada dalam bahaya.
Sebuah informasi muncul dari badan-badan intelijen negara Barat tentang rencana Rusia untuk menghabisi Presiden Ukraina.
Kemudian Presiden Zelensky menyebarkan informasi ini kepada rakyatnya dalam sebuah video.
"Musuh kita telah menandai saya sebagai target nomor satu. Keluarga saya sebagai target nomor dua," kata Presiden Zelensky.
"Mereka ingin menghancurkan Ukraina secara politik dengan menghancurkan kepala negaranya," tambahnya.
Terlepas dari ancaman tersebut, Presiden Zelensky dilaporkan menolak tawaran dari Pemerintah Amerika Serikat untuk membantu evakuasi.
Ia bersumpah untuk tetap bersama rakyatnya.
Istrinya, Olena Zelenska, putri mereka yang berusia 17 tahun, Sasha, dan putra mereka yang berusia sembilan tahun, Kyrylo, juga tetap bertahan di Ukraina, meski pun mereka mungkin berada di urutan kedua dalam daftar target Rusia.
"Saya tidak akan panik dan menangis," tulis Olena Zelenska, istri dari Presiden Zelensky dalam unggahannya di Instagram tak lama setelah invasi.
"Saya akan tenang dan percaya diri. Anak-anak melihatku, dan aku akan berada di samping mereka dan di samping suamiku," katanya.
Rencana pembunuhan keluarga Zelensky
Sementara Olena dan anak-anaknya bersembunyi di suatu tempat di Ukraina, Presiden Zelensky tampaknya masih berada di distrik pemerintahan di kota Kyiv dalam penjagaan ketat.
Di tengah kekhawatiran upaya pembunuhan, semua bangunan di daerah itu dikelilingi oleh pasukan keamanan Ukraina dengan perlengkapan perang.
Pihak Ukraina mengeklaim pemimpin Chechnya, Ramzan Kadyrov, yang sering kali digambarkan sebagai "Naga Vladimir Putin", telah mengirim pasukan elite untuk membunuh Zelensky sejak awal Maret.
"Kami sangat menyadari adanya operasi khusus yang akan dilakukan untuk melenyapkan presiden kami," kata Oleksiy Danilov, Menteri Keamanan dan Pertahanan Ukraina.
Namun, "pasukan elite Kadyrov itu telah dihancurkan," katanya.
Pemerintah Ukraina menyebut hal ini hanyalah salah satu dari belasan upaya untuk membunuh Zelensky, yang telah digagalkan.
"Kami memiliki jaringan intelijen dan kontra intelijen yang sangat kuat," ujar Mikhail Podolyak, penasihat presiden Ukraina.
"Mereka berhasil melacak semuanya, dan semua regu pembunuh itu telah dilikuidasi," tambahnya. Presiden Zelensky saat ini berkomunikasi dengan keluarganya yang berada di bagian utara negara itu hanya melalui telepon.
"Seperti setiap perempuan di Ukraina, sekarang saya mengkhawatirkan suami saya," tulis Olena kepada media ABC Amerika.
"Setiap pagi sebelum meneleponnya, saya berdoa agar semuanya berjalan lancar. Saya juga tahu seberapa kuat dan tabah dia. Dia mampu menghadapi apa pun," ujar Olena.
Pasangan Volodymyr Zelensky dan Olena Zelenska tidak pernah mengharapkan kehidupan seperti yang mereka alami saat ini.
Mereka juga sebenarnya tak pernah diharapkan untuk memasuki dunia politik, apalagi memimpin sebuah negara melalui perang dan menghindari regu pembunuh.
(*)