Penulis
Intisari-Online.com - Konferensi Asia Afrika diselenggarakan di kota ini pada 18-24 April 1955.
Konferensi Asia Afrika (KAA) yang dikenal juga sebagai Konferensi Bandung, merupakan konferensi tingkat tinggi yang diadakan oleh negara-negara dari Asia dan Afrika.
Sebanyak 29 negara mengikuti pertemuan negara-negara Asia-Afrika ini.
Ya, seperti namanya pula, pertemuan ini diselenggarakan di Bandung dan menjadi salah satu momen bersejarah bagi Indonesia.
Indonesia menjadi salah satu negara yang memprakarsai diselenggarakannya Konferensi Asia Afrika.
KAA Bandung dilatarbelakangi oleh kekhawatiran negara-negara Asia-Afrika, terutama yang baru merdeka, atas ketegangan yang terjadi antara kubu AS dan Uni Soviet setelah Perang Dunia II berakhir.
Setelah Perang Dunia II berakhir, kemudian berlangsung persaingan ideologi antara AS dan Uni Soviet dalam memperebutkan pengaruh negara-negara lain atau yang dikenal sebagai Perang Dingin.
Selain itu, kekhawatiran juga berasal dari pengembangan senjata nuklir, penjajahan di Asia dan Afrika, hingga PBB yang bekerja lambat dalam menyelesaikan berbagai persoalan dunia.
Baca Juga: Tentara Indonesia Serang Belanda di Yogyakarta, Apa Tujuan Serangan Umum 1 Maret 1949?
Baca Juga: Peristiwa Penting Bagi Sejarah Bangsa Indonesia, Apa Peran Pelajar dan Mahasiswa dalam Aksi Tritura?
Maka, diselenggarakan Konferensi Asia Afrika, di mana Indonesia menjadi tempat diselenggarakannya konferensi tersebut.
Adapun tujuan Konferensi Asia Afrika adalah untuk mempererat solidaritas negara-negara di Asia dan Afrika dan menentang penjajahan (kolonialisme) negara-negara Barat.
Menjadi tuan rumah diselenggarakannya Konferensi Asia Afrika, tentunya saat itu Indonesia melakukan berbagai persiapan.
Pada 15 April 1955, surat undangan KAA dikirimkan kepada 25 Kepala Pemerintahan negara Asia dan Afrika.
Tetapi ada satu negara yang menolak yaitu Federasi Afrika Tengah (Central African Federation) karena masih dikuasai orang-orang bekas penjajahnya.
Sebanyak 24 negara menerima baik undangan meski pada mulanya ada negara yang masih ragu-ragu.
Dua puluh empat negara tersebut di antaranya:
Lima negara lainnya adalah negara-negara pemrakarsa pertemuan ini, yaitu:
Gedung Dana Pensiun dipersiapkan sebagai tempat sidang-sidang konferensi.
Hotel Homann, Hotel Preanger dan 12 hotel lain serta perumahan perorangan dan pemerintah dipersiapkan sebagai tempat menginap para tamu yang berjumlah 1300 orang.
Dalam momen KAA, terjadi penggantian nama sejumlah tempat oleh Presiden Soekarno dengan tujuan untuk menciptakan suasana yang sesuai dengan tujuan konferensi.
Tepatnya saat memeriksa persiapan terkahir di Bandung pada 17 April 1955, penggantian nama tempat itu terjadi.
Yaitu Gedung Concordia diubah namanya menjadi Gedung Merdeka, Gedung Dana Pensiun menjadi Gedung Dwi Warna, dan sebagian Jalan Raya Timur menjadi Jalan Asia Afrika.
Baca Juga: Menurut Primbon Jawa,InilahPertanda Gempa Hari Jumat, Apa Itu?
Baca Juga: Ramadhan 2022 Berapa Hari Lagi? Berikut Jadwal Puasa dan Idul Fitri Berikut Ini
Kemudian, pada 18 April 1955, KAA berlangsung di Gedung Merdeka Bandung mulai jam 09.00 WIB dengan pidato pembukaan oleh Presiden RI, Soekarno.
Sidang-sidang selanjutnya dipimpin oleh Ketua Konferensi PM RI Ali Sastroamidjojo.
Begitulah Konferensi Asia Afrika diselenggarakan di kota Bandung.
Konferensi Asia Afrika melahirkan kesepakatan bersama yang disebut Dasasila Bandung.
Dasasila Bandung menjadi harapan semua peserta KAA Bandung, utamanya karena sebagian besar pernah merasakan penjajahan.
Selain itu, berdasarkan prinsip yang disepakati pada Konferensi Bandung 1955 itu pula kemudian Gerakan Non-Blok didirikan pada 1961.
(*)